Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Di China, Karl Marx dan Adam Smith "Bersalaman"

Kompas.com - 18/07/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KALAU Anda pergi ke Beijing’s National Museum of China, di salah satu hall museum, Anda akan disambut dengan kalimat ini: "The Great Journey of Adapting Marxism to the Chinese Context”. Dalam konteks ini, kalimat bisa diartikan "Adaptasi marxisme pada kebijakan-kebijakan strategis Xi Jinping (China)".

Lalu ada lukisan dua orang pemikir evolusionis (evolusi biologis dan evolusi sosial) duduk di meja kerja masing-masing, tapi diposisikan berhadapatan satu sama lain. Pemisahnya adalah buku Das Kapital yang menempel di dinding, lalu di bawahnya ada balasan Surat Charles Darwin kepada Karl Marx. Pelukis lukisan itu adalah Qin Wenqing. Lukisan dibuat tahun 2018.

Mengapa Darwin? Mengapa Karl Marx menyurati Darwin? Karena, Marx mengagumi Darwin. Mereka berdua adalah dua pencetus teori evolusi, yakni evolusi biologis (Darwin) dan evolusi sosial (Marx dalam kontek dialektika materialistik/Hegel idealistik).

Baca juga: Sejarah Partai Komunis China

Jadi, tanpa banyak diketahui publik, setelah Das Kapital terbit di Eropa, Karl Marx mengirimkan edisi Jerman-nya kepada Darwin. Marx memang mengaggumi Darwin. Lalu Darwin membalasnya. Begini bunyinya: "I thank you for the honour which you have done me by sending me your great work on Capital; & I heartily wish that I was more worthy to receive it, by understanding more of the deep & important subject of political Economy. Though our studies have been so different, I believe that we both earnestly desire the extension of knowledge, & that this in the long run is sure to add to the happiness of Mankind."

Tampaknya setelah menerima Das Kapital, Darwin bingung. Namun atas nama sopan santun, surat itu kemudian dibalas dengan halus dan jujur, sebagaimana ditulis "Though our studies have been so diferent".

Marxisme masih laku di China

Di China, Marx sampai hari ini masih sebagai dewa walau sebagian besar generasi muda sudah mulai terlepas dari doktrin-doktrin marxisme. Secara kasat mata, ada 1,4 miliar manusia di China. Sekitar 95 jutanya adalah kader Partai Komunis China atau CCP. Dalam bahasa marketing, pasar untuk marxisme masih besar.

Pemerintah China, terutama rezim Xi Jinping, benar-benar ingin mengontekstualisasi pemikiran Marx. Sehingga dalam konteks ini, keyakinan kaum liberal Amerika pada pendekatan "enggagement" terhadap China memang sudah banyak terbantahkan sejak Xi Jinping berkuasa. Bukan malah makin mirip kapitalisme liberal Barat, tapi justru makin "state capitalist" dengan spirit yang makin merkantilis.

Bahkan pemerintah China memberikan dana kepada Universitas pertama Marx belajar, untuk membangun patung Karl Marx di 2018, kalau saya tak salah, sebagai apresiasi kepada Marx, yakni kepada The University of Bonn atau akrab dengan sebutan Rhein-Universität, dalam bahasa inggris dikenal dengan Rhine University.

Pendeknya, setelah 100 tahun Partai Komunis China secara ideologis dan ideasional masih solid bersama marxisme-leninisme, sebagaimana masih tertulis di dalam dokumen dasar CCP, layaknya nilai dasar partai penguasa di Korea Utara, Kuba, atau Venezuela. Tetapi hanya di China satu-satunya, di mana Karl Marx mampu memiting Adam Smith dan David Ricardo sekaligus, lalu menjadikan keduanya sebagai kapitalis kecil di dalam sangkar sosialisme.

China menyebutnya dengan frase "sosialisme dengan karakteristik China". Tetapi itu baru satu versi cara pandang. Mengingat China telah mengalami pertumbuhan dua digit selama dua dekade lebih, para triliuner, milarder, dan puluhan juta kelas menengah telah lahir.

Kaum borjuis jadi anggota Partai Komunis

 

Partai yang berideologikan marxisme-leninisme itu kini harus melegitimasi dirinya di hadapan generasi baru yang borjuis alias bukan lagi betipe proletar. Dengan kata lain, Partai Komunis China harus meletakan kepentingan para kapitalis dan borjuis baru tersebut di dalam keranjang kepentingan partai.

Dalam buku terbarunya tahun ini, "Xi. A Study of Power" (2022), Profesor Kerry Brown dari King College, Inggris, justru menggambarkan situasi itu secara sebaliknya, yakni sosialisme kini melayani kaum borjuis mengingat banyaknya kelas menengah dan orang kaya baru di China.

Baca juga: Evolusi Partai Komunis China yang Semakin Membuat Grogi Dunia

Ya, CCP atau Partai Komunis China memang sudah dimasuki para kapitalis sejak 2002, di akhir masa bakti Jiang Zemin, di mana keanggotaan partai diperluas. Sejak 2002, wiraswasta, pengusaha, kapitalis, atau apapun sebutanya, boleh menjadi anggota CPP. Rata-rata orang-orang terkaya dunia yang berasal dari China dan yang masih bertahan sampai hari ini adalah anggota CCP, terpublikasi atau diam-diam.

Walhasil, di China, kapitalisme dan sosialisme tidak lagi gontok-gontokan, tapi saling memanfaatkan dan menunggangi. Ibaratnya, Karl Marx dan Adam Smith "bersalaman" dan membuat komitmen untuk bersaing secara fair.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com