JAKARTA, KOMPAS.com - Para menteri luar negeri akan menuju pertemuan puncak G20 pada hari Jumat (8/7/2022).
Agenda akan menempatkan beberapa kritikus paling gigih invasi Rusia ke Ukraina di ruangan yang sama dengan diplomat top Moskwa, dalam pertemuan pertama sejak perang dimulai pada bulan Februari lalu.
Dilansir Reuters, pertemuan yang digelar di pulau Bali Indonesia, akan didominasi oleh pembahasan perang dan dampaknya terhadap ekonomi global.
Pejabat tinggi dari Eropa, Amerika Serikat dan Australia menekankan tidak akan ada "bisnis seperti biasa" di forum tersebut, tanpa mengatakan apa yang mungkin terjadi.
Invasi Rusia telah mengaburkan kepresidenan Indonesia dari Kelompok 20 ekonomi terbesar tahun ini, dengan spekulasi boikot dari beberapa anggota dan pemogokan pada bulan April pada pertemuan menteri keuangan di Washington.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pada Kamis (7/7/2022) malam mengatakan penting bagi tuan rumah untuk "menciptakan suasana yang nyaman bagi semua orang" dan G20 adalah peluang untuk kemajuan.
"Ini adalah pertama kalinya, sejak 24 Februari, semua pemain utama duduk di ruangan yang sama," katanya, merujuk pada saat dimulainya invasi Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Dominasi Agenda Pertemuan Menlu G20
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS pada hari Kamis mengatakan penting untuk mencegah "gangguan atau interupsi" pada agenda G20, sambil memastikan tidak ada yang bisa melegitimasi "brutalisasi" Rusia terhadap Ukraina.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menggambarkan tindakan Rusia sebagai "ilegal, tidak adil dan tidak bermoral", sebuah posisi yang akan dia jelaskan di forum tersebut.
Jepang juga akan menyampaikan keprihatinannya tentang perang, kata seorang pejabat pemerintah Jepang, menambahkan bahwa pihaknya sedang berbicara dengan negara-negara yang berpikiran sama.
Meski begitu tidak ada keputusan yang dibuat atas Rusia.
Baca juga: Harapan Besar AS dalam G20 soal Konflik Rusia-Ukraina
Invasi Rusia, yang disebut "operasi militer khusus", telah menyebabkan gangguan besar pada ekonomi global.
Blokade terhadap gandum Ukraina dan sanksi terhadap minyak dan gas Rusia mendorong krisis pangan dan lonjakan inflasi global.
Agenda hari Jumat termasuk pertemuan tertutup dengan diplomat top negara-negara G20 termasuk China, India, Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Kanada, Jepang, Afrika Selatan, serta pembicaraan bilateral di sela-selanya.
Menteri luar negeri Ukraina diperkirakan akan berbicara dalam pertemuan itu secara virtual.
Baca juga: Rusia Rayakan Kejatuhan Boris Johnson: Sang Badut Telah Pergi
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan timpalannya dari China Wang Yi di Bali pada hari Kamis, di mana ia memuji Beijing, tetapi mengecam Barat yang "secara terbuka bersikap agresif".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.