WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun dengan harga-harga naik lebih cepat dari perkiraan bulan lalu, terdorong karena kenaikan biaya energi dan makanan.
Tingkat inflasi tahunan naik menjadi 8,6 persen di Mei (tingkat tertinggi sejak 1981), kata Departemen Tenaga Kerja, setelah turun di April sebagaimana dilansir BBC pada Sabtu (11/6/2022).
Meningkatnya biaya hidup telah menekan rumah tangga dan memberi tekanan pada pembuat kebijakan untuk mengendalikan masalah ini.
Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga sejak Maret.
Analis berharap bahwa langkah tersebut mulai bekerja untuk mendinginkan aktivitas ekonomi dan mengurangi tekanan harga.
Namun invasi Rusia ke Ukraina telah membuat penanganan masalah menjadi lebih sulit. Konflik di wilayah Eropa itu mendorong naik harga minyak dan komoditas seperti gandum, karena mengganggu ekspor dari kedua negara.
Harga makanan naik lebih dari 10 persen bulan lalu dibandingkan dengan Mei 2021, sementara harga energi di AS melonjak lebih dari 34 persen dalam sebulan.
Tetapi laporan Jumat (10/6/2022) menunjukkan kenaikan terus menyebar ke seluruh perekonomian, mendorong lonjakan biaya untuk berbagai macam hal mulai dari tiket pesawat dan pakaian hingga layanan medis.
"Begitu banyak gagasan menunjukkan inflasi mencapai puncaknya. Harga konsumen melampaui ekspektasi sebelumnya - dan tidak dalam kondisi yang baik mengingat kenaikan tahunan 8,6 persen tercepat dalam lebih dari 40 tahun," kata Greg McBride, kepala analis keuangan di Bankrate.com kepada BBC.
"Lebih buruk lagi, kenaikannya hampir ada di mana-mana. Tidak ada tempat untuk bersembunyi."
Baca juga: Bertemu Delegasi AS, Presiden Palestina Ulangi Permintaan Cabut PLO dari Daftar Teroris
AS telah bergulat dengan kenaikan harga sejak tahun lalu, ketika ekonomi berbalik menguat secara tak terduga dari guncangan pandemi.
Kondisi itu didorong oleh pengeluaran pemerintah AS yang besar. Termasuk untuk bantuan langsung ke rumah tangga - membanjiri pasokan, mendorong perusahaan untuk menaikkan harga.
Meski demikian, jajak pendapat menunjukkan mayoritas orang AS melihat inflasi sebagai masalah utama yang dihadapi negara.
Sentimen konsumen telah jatuh dan peringkat persetujuan Presiden AS Joe Biden merosot karena Partai Republik mengkritiknya atas masalah ini.
Selama sebulan, harga naik 1 persen, didorong oleh kenaikan harga bensin di AS, yang telah mencapai rekor baru di AS, mendekati rata-rata hampir 5 dollar AS per galon atau hampir Rp 20.000 per-liter.