JAKARTA, KOMPAS.com - Rusia tidak melihat aksi boikot yang ditujukan kepada Rusia terkait operasi militer di Ukraina sebagai masalah, sebab protes itu bahkan tidak mendapat dukungan dari mayoritas delegasi.
“Ada beberapa negara (mengancam boikot), tapi mereka bukan mayoritas dari anggota G20. Itu tidak beralasan, karena bagaimana mereka bisa membantu menyelesaikan masalah?” kritik Duta besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva di Jakarta pada Rabu (20/4/2022).
Baca juga: AS Pimpin Aksi Boikot atas Rusia di Pertemuan G20, Begini Tanggapan Sri Mulyani
Dia pun mempertanyakan bagaimana aksi boikot itu dapat secara efektif memberikan penyelesaian yang berbeda atas krisis Ukraina.
“Bagaimana mereka bisa berkontribusi (dalam penyelesaian masalah) dengan memboikot forum global?”
Dubes Rusia menilai negaranya merupakan bagian penting dalam ekonomi global. Adapun dampak sanksi yang diberikan kepada Rusia juga terlihat mempengaruhi dunia.
“Bagaimana bisa menyelesaikan masalah (ekonomi dunia) saat ini tanpa kehadiran Rusia?”
Baca juga: Rusia Sebar 20.000 Tentara Bayaran untuk Bertempur Merebut Wilayah Donbas Ukraina
Rusia mengapresiasi posisi pemerintah Indonesia yang menilai bahwa G20 harus fokus ke ekonomi dan masalah keuangan global.
“Kami mendukung Presidensi Indonesia di G20 dan prioritas yang diusung dan disetujui sebelumnya,” ujarnya.
Lebih lanjut menurutnya, masalah politik seharusnya tidak diseret masuk (ke forum G20), karena itu dapat mengalihkan perhatian dari penyelesaian masalah yang benar-benar penting.
Rusia memastikan niat untuk terus berpartisi dalam agenda G20 tahun itu dan berharap Presiden Vladimir Putin bisa datang ke KTT G20.
Pertemuan G20 pada Rabu (20/4/2022) di Washington fokus membahas bagaimana membantu ekonomi global pulih dari guncangan baru yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang telah mendorong harga makanan dan bahan bakar lebih tinggi.
Kondisi itu membuat IMF menurunkan prospek pertumbuhan global menjadi 3,6 persen untuk tahun ini.
Baca juga: Kehebatan Rudal Sarmat, ICBM Rusia Berjuluk Satan 2 yang Bisa Sasar Target Apa pun di Bumi
Negara-negara Barat membalas serangan berdarah dengan sanksi yang dimaksudkan untuk merugikan ekonomi Rusia dan mengubahnya menjadi negara paria.
Presiden AS Joe Biden telah mengusulkan untuk mengeluarkan Rusia dari G20.
Kepada AFP, mantan pejabat Departemen Keuangan yang sekarang menjadi ketua Forum Lembaga Moneter dan Keuangan Resmi AS Mark Sobel mengatakan tidak ada mekanisme yang jelas untuk menendang Moskwa keluar, yang pada berbagai tingkat didukung oleh China dan India.
"Saya pikir itu benar-benar menimbulkan pertanyaan mendasar tentang bagaimana Anda akan mengelola pemerintahan global," katanya tentang ketegangan yang ada dalam pertemuan G20 ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.