KYIV, KOMPAS.com - Serangan Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-50 pada Kamis (14/4/2022), sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi yang disebutnya sebagai operasi militer khusus pada 24 Februari.
Pada hari ke-50 perang Rusia-Ukraina kemarin, masih ada beberapa hal baru yang “mewarnai” konflik antara kedua negara.
Misalnya, ada laporan mengenai kapal perang Rusia tenggelam.
Untuk penyebabnya, ada dua versi yang berbeda antara Ukraina dan Rusia.
Ukraina mengeklaim kapal perang Rusia mengalami rusak parah akibat serangan misilnya. Sedangkan, Rusia menyebut kapal itu tenggelam karena mengalami kebakaran yang meledakkan amunisi.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah rangkuman hari ke-50 serangan Rusia ke Ukraina yang dapat disimak:
Ukraina mengeklaim misilnya telah mengenai kapal Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam, menyebabkan kebakaran yang "merusak parah" kapal tersebut.
Dilansir dari AFP, di pihak Ukraina, juru bicara militer Odessa Sergey Bratchuk mengatakan kapal perang Rusia itu telah dihantam oleh rudal jelajah Neptunus domestik.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan ledakan di kapal itu adalah akibat dari amunisi yang meledak dan menambahkan bahwa kerusakan yang diakibatkannya telah menyebabkan kapal itu "kehilangan keseimbangan" saat sedang ditarik ke pelabuhan.
"Mengingat laut berombak, kapal tenggelam," kata kantor berita Rusia TASS mengutip Kementerian itu.
Kapal perang Rusia bernama "Moskva" itu menjadi terkenal di awal perang ketika meminta pasukan perbatasan Ukraina yang mempertahankan Pulau Ular yang strategis untuk menyerah, tetapi ditolak dengan tegas.
Ukraina pada Kamis kemarin, mengatakan akan membuka kembali koridor kemanusiaan melalui sembilan rute di timur dan selatan negara itu, untuk memfasilitasi evakuasi warga sipil dari daerah yang dilanda perang setelah jeda satu hari yang dikaitkan dengan pelanggaran Rusia oleh Kyiv.
Para pemimpin di kedua sisi Atlantik berbeda pendapat tentang apakah akan melabeli tindakan Rusia di Ukraina sebagai "genosida".
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan Presiden AS Joe Biden, yang menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan genosida, "benar" dalam pilihan kata-katanya.
Tetapi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang berkampanye untuk pemilihan ulang, mengatakan "eskalasi verbal" seperti itu tidak membantu, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz menghindari penggunaan istilah itu.