KOMPAS.com – Beberapa berita mengenai negara Sri Lanka Bangkrut dan tidak gagal bayar utang luar negeri memuncaki daftar artikel Populer Global kali ini.
Di samping itu, berita internasional Kompas.com mengenai perang Rusia-Ukraina juga masih menyedot atensi publik.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah rangkuman artikel Populer Global sepanjang Kamis (14/4/2022) hingga Jumat (15/4/2022) pagi yang dapat disimak:
Sri Lanka mendesak warganya di perantauan luar negeri untuk mengirim uang ke negara guna membantu membeli kebutuhan pokok dan bahan bakar pada Rabu (13/4/2022).
Desakan tersebut dikeluarkan bank sentral Sri Lanka setelah negara pulau tersebut bangkrut dan mengumumkan gagal bayar utang luar negeri senilai 51 miliar dollar AS (Rp 732 triliun).
Sri Lanka saat ini berada dalam cengkeraman krisis ekonomi terburuk sejak merdeka pada 1948, sebagaimana dilansir dari AFP.
Baca selengkapnya di sini
Baca juga: POPULER GLOBAL: Jawaban Putin Soal Serangan di Ukraina | Penembakan di Kereta Bawah Tanah New York
Di tengah kebangkrutan, Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa meminta rakyatnya yang marah karena krisis ekonomi yang mencekik untuk tetap sabar.
Sri Lanka bangkrut dan mengumumkan gagal bayar utang luar negeri senilai 51 miliar dollar AS (Rp 732 triliun).
Selama berminggu-minggu, 22 juta penduduk Sri Lanka telah menyaksikan pemadaman listrik dan kekurangan makanan, bahan bakar, dan bahkan obat-obatan.
Baca selengkapnya di sini
Baca juga: POPULER GLOBAL: Awal Kasus Penarikan Kinder Joy | Serangan dan Pengepungan Mariupol
Australia akan mengimpor sapi yang mengidap penyakit kulit dari Indonesia.
Tujuannya agar ilmuwan bisa mengembangkan vaksin untuk mencegah penyebaran infeksi jika akhirnya virus itu masuk ke Australia.
Menteri Pertanian Australia David Littleproud mengatakan, lembaga penelitian CSIRO di Geelong, Victoria, akan menguji virus yang dapat memusnahkan industri daging merah dan produk susu Australia.
"Ini merupakan langkah besar dan tidak bisa saya anggap enteng. Tapi itulah risiko penyakit kulit yang sekarang ada di Indonesia dan sangat bisa menyebar luas," katanya.