Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ukraina: Militer Rusia Mundur, tapi Tanam Ranjau di Mana-mana, Termasuk di Mayat

Kompas.com - 03/04/2022, 13:37 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

KYIV, KOMPAS.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menuduh tentara Rusia sengaja memasang ranjau di wilayah Ukraina utara saat mereka mundur atau didorong keluar oleh pasukan Ukraina.

Ukraina mengatakan pasukannya telah merebut kembali kendali lebih dari 30 kota dan desa di wilayah Kyiv sejak Rusia mengumumkan pekan ini bahwa mereka akan mengurangi operasinya di sekitar ibu kota dan di wilayah utara Chernihiv yang bertetangga untuk fokus pada pertempuran di timur.

"Di bagian utara negara kita, para penyerbu pergi. Lambat tapi terlihat. Di beberapa tempat mereka diusir dengan pertempuran. Di tempat lain mereka sendiri meninggalkan posisinya," kata Zelenskiy dalam pidato video yang dirilis pada Sabtu (2/4/2022), tanpa mengungkap bukti.

Baca juga: Peluang Pertemuan Zelensky dan Putin Semakin Terbuka, Kemungkinan di Turki

"Mereka memasang ranjau di semua wilayah ini. Rumah dipasang ranjau, peralatan dipasang ranjau, bahkan mayat orang mati," ungkap dia, dilansir dari Reuters.

Gubernur Chernihiv Viacheslav Chaus pada Sabtu, juga menuduh pasukan Rusia menanam ranjau ketika mereka mundur dari posisi di sekitar ibu kota regional.

"Ranjau yang dipasang itu banyak. Alat peledak itu berserakan," katanya di televisi nasional.

Kementerian pertahanan Rusia belum menjawab permintaan komentar dari Reuters atas tuduhan tersebut.

Baca juga: Ukraina Rebut Kembali Kyiv, Pasukan Rusia Mundur Teratur

Pada Sabtu, Layanan Darurat Ukraina mengatakan kepada orang-orang di zona yang baru dibebaskan di wilayah Kyiv untuk waspada.

Mereka mengatakan lebih dari 1.500 bahan peledak telah ditemukan dalam satu hari selama pencarian di desa Dmytrivka, sebelah barat ibu kota.

Zelenskiy mengatakan upaya sedang berlangsung untuk membersihkan ranjau dan mengamankan daerah tersebut, tetapi menyarankan penduduk yang telah melarikan diri untuk menjauh untuk saat ini.

"Masih tidak mungkin untuk kembali ke kehidupan normal seperti sediakala," ungkap dia.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut tindakan yang dia luncurkan pada 24 Februari sebagai "operasi militer khusus yang ditujukan untuk demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.

Ukraina dan sekutunya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang agresi.

Sejak invasi, lebih dari 10 juta orang dari Ukraina dilaporkan telah mengungsi dari rumah mereka.

Baca juga: Rusia Tanggapi Kemungkinan Pertemuan Putin dan Zelensky untuk Akhiri Perang


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

Global
Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Global
Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Global
Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Global
Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Global
Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com