Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

62 Orang Tewas Akibat Konflik Geng, El Salvador Berlakukan Status Darurat Nasional

Kompas.com - 29/03/2022, 17:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

SAN SALVADOR, KOMPAS.com - Parlemen El Salvador pada menyetujui status darurat nasional, menyusul gelombang pembunuhan terkait geng-geng kriminal.

Dengan status ini, untuk sementara negara Amerika Tengah itu menangguhkan beberapa perlindungan konstitusionalnya.

Baca juga: Narapidana Tewas dalam Perkelahian Geng, AS Kunci Rapat Seluruh Penjara Federal

Polisi melaporkan total 62 pembunuhan pada Sabtu (26/3/2022), menjadikannya hari paling kejam dalam hampir tiga dekade.

“Kami menyetujui rezim luar biasa, yang akan memungkinkan pemerintah melindungi kehidupan orang-orang Salvador dan menghadapi kriminalitas secara langsung,” kata Ernesto Castro, presiden kongres, setelah sesi luar biasa pada Minggu (27/3/2022) pagi dilansir dari Al Jazeera.

Negara ini mencatat 1.140 pembunuhan pada 2021 – rata-rata 18 kematian per 100.000 penduduk. Jumlah itu masih jauh lebih rendah sejak berakhirnya perang saudara pada 1992.

Pada 2015, El Salvador, rumah bagi sekitar 6,5 juta orang, mencatat tingkat 103 pembunuhan untuk setiap 100.000 orang, salah satu yang tertinggi di dunia.

Langkah-langkah dalam situasi darurat nasional akan mengarah pada pembatasan pertemuan bebas. Ini juga akan membatasi hak untuk informasi tentang alasan penangkapan, dan akses ke pengacara setelah ditahan, selain memungkinkan penahanan administratif lebih dari 72 jam.

Baca juga: Bos Geng Kriminal Ini Perintahkan Anak Buahnya Tembak Mati Suaminya Saat Ulang Tahun Anaknya

Presiden El SalvadorNayib Bukele, yang meminta parlemen untuk menyetujui situasi darurat nasional El Salvador, memuji langkah tersebut setelah pemungutan suara.

“Langkah-langkah yang akan diambil akan dilaksanakan oleh lembaga terkait dan diumumkan hanya jika diperlukan. Bagi sebagian besar orang, kehidupan berjalan normal. Tuhan memberkati kita semua," tulis Bukele di Twitter.

Dia juga mengatakan memerintahkan kepala penjara negara itu untuk melakukan penguncian 24/7 segera terhadap narapidana geng di sel mereka.

Sementara untuk makanan akan dirasionalisasi, Presiden juga mengatakan "tidak akan mengambil anggaran dari sekolah untuk memberi makan para teroris ini".

Baca juga: Selusin Geng dari Kartel Narkoba Meksiko Baku Tembak di Kawasan Wisata Karibia

Menteri Kehakiman dan Direktur Jenderal Pusat Pemasyarakatan Osiris Luna mengonfirmasi perintah tersebut, dengan menambahkan di Twitter bahwa: “Mereka akan makan 2 kali per hari dan menu akan direvisi sehingga lebih murah di penjara Keamanan Maksimum.”

Angka menunjukkan tingkat pembunuhan terus menurun sejak Presiden Bukele menjabat pada 2019.

Tetapi para kritikus mengatakan pemerintahan Bukele melihat kemunduran demokrasi, karena ia berusaha untuk mengonsolidasikan kendalinya atas cabang legislatif dan yudikatif.

Pemerintahannya juga dituduh menengahi perjanjian dengan dua geng utama, menawarkan anggota geng kondisi penjara yang lebih baik, uang dan manfaat lainnya. Sebagai imbalannya mereka akan mengurangi tingkat pembunuhan dan memberikan dukungan pemilihan kepada partai Bukele pada pemilihan legislatif.

Presiden Bukele telah berulang kali membantah tuduhan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com