Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meta Disebut Izinkan Ujaran Kebencian, Parlemen Rusia Serukan Pemblokiran Instagram

Kompas.com - 12/03/2022, 15:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

MOSWKA, KOMPAS.com - Rusia mengutuk langkah Meta Platforms (Facebook) untuk mencabut sementara larangan seruan kekerasan terhadap militer dan kepemimpinan Rusia.

Bahkan dilansir Reuters, seorang anggota parlemen yang berpengaruh menyerukan agar Instagram diblokir di Rusia.

Dalam perubahan sementara pada kebijakan ujaran kebencian, Meta Platform akan memungkinkan pengguna Facebook dan Instagram di beberapa negara untuk menyerukan kekerasan terhadap Rusia dan tentaranya dalam konteks invasi Ukraina.

Baca juga: 18 Tahun Lalu Mark Zuckerberg Luncurkan Facebook, Sejarah Baru Dimulai

"Kebijakan Meta agresif dan kriminal, mengarah pada hasutan kebencian dan permusuhan terhadap Rusia. Ini keterlaluan," kata kedutaan Rusia di Washington dalam sebuah pernyataan pada Jumat (11/3/2022)

"Tindakan perusahaan adalah bukti lain dari perang informasi tanpa aturan yang diumumkan di negara kita," katanya.

Seorang juru bicara Meta mengkonfirmasi bahwa mereka untuk sementara melonggarkan aturannya untuk pidato politik, mengizinkan posting seperti "kematian bagi penjajah Rusia", meskipun tidak akan mengizinkan seruan untuk melakukan kekerasan terhadap warga sipil Rusia.

Email internal yang dilihat oleh Reuters menunjukkan bahwa pihak Meta juga untuk sementara mengizinkan posting yang menyerukan kematian kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atau Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

Baca juga: Jenderal Rusia Diklaim Kembali Terbunuh di Ukraina, Perwira Tinggi Ketiga dalam Delapan Hari

Alexander Khinshtein, kepala kebijakan informasi dan komite TI di State Duma, majelis rendah parlemen Rusia, mengatakan Duma akan mengajukan banding ke kantor kejaksaan dan Komite Investigasi Rusia atas langkah tersebut.

Tidak jelas tindakan apa yang diharapkan dari badan itu.

"Jika ini benar, maka tentu saja Instagram harus diblokir di Rusia setelah Facebook," katanya.

Facebook dan Instagram sama-sama dimiliki oleh Meta.

Pekan lalu, Rusia mengatakan telah melarang Facebook di negara itu sebagai tanggapan atas apa yang dikatakannya sebagai pembatasan akses ke media Rusia di platform tersebut.

Baca juga: Parlemen AS Bergerak Incar Cadangan Emas Putin Usai Hantaman Sanksi Tak Hentikan Serangan Rusia ke Ukraina

"Mereka harus berpikir tentang bagaimana mereka menggunakan platform ini. Mereka menghasut kebencian, dan bahkan lebih dari itu, mereka menyerukan pembunuhan warga Rusia," kata Ketua Duma Vyacheslav Volodin.

Moskwa juga telah menindak perusahaan teknologi, termasuk Twitter, yang dibatasi di negara itu selama invasi ke Ukraina.

Dmitry Rogozin, kepala badan antariksa Rusia Roskosmos, bahkan disebut telah menghapus profil Facebook-nya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com