Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Kali Pertama sejak Invasi, Menlu Rusia-Ukraina Gagal Capai Terobosan

Kompas.com - 10/03/2022, 20:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

ANTALYA, KOMPAS.com – Pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Turki pada Kamis (10/3/2022) ihwal gencatan senjata di Ukraina tidak mencapai terobosan.

Keduanya menggelar pembicaraan tingkat tinggi pertama di Antalya, Turki, sejak Moskwa menginvasi Ukraina pada 24 Februari, sebagaimana dilansir Reuters.

Kuleba mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan mereka di Turki bahwa situasi paling kritis adalah di kota pelabuhan selatan, Mariupol.

Baca juga: Sanksi Bertubi-tubi, Perusahaan Rusia Hadapi Masalah Pembiayaan

Dia menambahkan, Lavrov tidak berkomitmen pada koridor kemanusiaan di sana dan tidak ada kemajuan dalam menyetujui gencatan senjata yang lebih luas.

"Saya mengajukan permintaan sederhana kepada Menteri Lavrov: Saya dapat memanggil menteri, otoritas, presiden Ukraina saya sekarang dan memberi Anda jaminan 100 persen tentang jaminan keamanan untuk koridor kemanusiaan," kata Kuleba.

"Aku bertanya padanya 'bisakah kamu melakukan hal yang sama?' dan dia tidak menjawab," lanjut Kuleba.

Pada konferensi pers terpisah, Lavrov mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menolak pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk membahas masalah "spesifik".

Baca juga: Merdeka atau Mati, Para Anak Muda Ukraina Terinspirasi Sumpah Pemuda Indonesia untuk Lawan Rusia

Lavrov menambahkan, Rusia tidak pernah ingin bergantung pada negara atau perusahaan Barat lagi.

Dia juga menuturkan bahwa Barat memanfaatkan Ukraina untuk melemahkan Rusia dan menciptakan situasi berbahaya di kawasan tersebut yang akan bertahan selama bertahun-tahun.

Selain itu, Lavrov juga menanggapi kecaman Kyiv atas pengeboman pada Rabu (9/3/2022) di rumah sakit bersalin di Mariupol.

Lavrov mengatakan, bangunan itu tidak lagi digunakan sebagai rumah sakit dan telah diduduki oleh pasukan Ukraina.

Baca juga: Sebelum Rusia Vs Ukraina, Ini 8 Perang di Eropa Usai Jatuhnya Tembok Berlin

Moskwa menyebut invasinya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan mengusir para pemimpin yang disebutnya "neo-Nazi."

Sedangkan Kyiv dan sekutu Baratnya menganggap itu sebagai dalih tak berdasar untuk perang tak beralasan melawan negara berpenduduk 44 juta orang tersebut.

Moskwa mengatakan bahwa semua tuntutannya, termasuk bahwa Kyiv harus netral dan membatalkan usulannya untuk bergabung dengan NATO, harus dipenuhi untuk mengakhiri serangannya.

Baca juga: Rusia Bantah Serang RS Bersalin: Itu Berita Palsu

Di sisi lain, Turki berbagi perbatasan maritim dengan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam dan memiliki hubungan baik dengan keduanya.

Ankara menyebut invasi Rusia tidak dapat diterima dan meminta gencatan senjata mendesak. Tetapi, Turki menentang sanksi terhadap Moskwa.

Selain menjalin hubungan dekat dengan Rusia pada energi, pertahanan, dan perdagangan, dan sangat bergantung pada turis Rusia, Turki juga telah menjual drone ke Ukraina.

Baca juga: Presiden Ukraina Tuding Rusia Lakukan Genosida Setelah RS Bersalin Diserang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com