LONDON, KOMPAS.com - Orang yang Positif Covid-19 tidak akan diwajibkan secara hukum untuk melakukan isolasi mandiri di Inggris mulai minggu depan.
Pencabutan pembatasan Covid-19 terbaru itu diumumkan pemerintah Inggris sebagai bagian dari rencana untuk "hidup dengan Covid", yang juga kemungkinan akan memperkecil pengujian untuk virus corona.
Baca juga: Negara-negara Eropa Umumkan Rencana “Kembali ke Normal”, Akhir Februari hingga Maret
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan mengakhiri semua pembatasan hukum yang dilakukan untuk mengekang penyebaran virus akan membuat orang-orang di Inggris "melindungi diri kita sendiri tanpa membatasi kebebasan kita."
Dia diperkirakan akan memaparkan rincian rencana tersebut di Parlemen pada Senin (21/2/2022) sebagaimana dilansir AP.
"Saya tidak mengatakan bahwa kita harus berhenti berhati-hati, tetapi sekarang adalah saatnya bagi semua orang untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka," kata Johnson kepada BBC dalam sebuah wawancara yang disiarkan Minggu (20/2/2022).
“Kami telah mencapai tahap di mana kami pikir Anda dapat mengalihkan keseimbangan dari mandat negara, jauh dari melarang tindakan tertentu, memaksa tindakan tertentu, demi mendorong tanggung jawab pribadi.”
Tetapi beberapa penasihat ilmiah pemerintah mengatakan itu adalah langkah berisiko, yang dapat membawa lonjakan infeksi dan melemahkan pertahanan negara terhadap jenis virus yang lebih ganas di masa depan.
Baca juga: Ratu Elizabeth II Positif Covid-19, Gejala Ringan
Wes Streeting, juru bicara kesehatan untuk oposisi utama Partai Buruh, menuduh Johnson “menyatakan kemenangan sebelum perang usai.”
Pengingat bahwa virus corona masih menyebar luas datang dengan berita bahwa Ratu Elizabeth II dinyatakan positif Covid-19 pada Minggu (20/2/2022).
Istana Buckingham mengatakan pemimpin monarki berusia 95 tahun itu mengalami gejala ringan seperti pilek.
Pemerintah Konservatif Johnson mencabut sebagian besar pembatasan virus pada Januari, menghapus paspor vaksin dan mengakhiri mandat masker di sebagian besar tempat umum, selain dari rumah sakit di Inggris.
Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, yang menetapkan aturan kesehatan masyarakatnya sendiri, juga telah terbuka, meski lebih lambat.
Kombinasi tingkat vaksinasi yang tinggi di Inggris dan varian omicron yang lebih ringan berarti pelonggaran pembatasan tidak menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian.
Keduanya turun, meskipun Covid-19 Inggris masih memiliki korban virus corona tertinggi di Eropa setelah Rusia, dengan lebih dari 160.000 kematian tercatat.
Baca juga: Singapura Belum Berencana Suntikkan Dosis Keempat Vaksin Covid-19
Di Inggris, 85 persen orang berusia 12 tahun ke atas telah mendapatkan dua dosis vaksin dan hampir dua pertiganya telah mendapatkan suntikan vaksin dosis ketiga (booster).