BEIJING, KOMPAS.com – China dilanda krisis energi yang cukup parah. Aliran listrik di banyak daerah terputus dan membuat banyak pabrik tutup.
Dalam beberapa hari terakhir, banyak pabrik di 20 dari 31 provinsi di China tidak mendapat jatah pasokan listrik. Kondisi tersebut membuat mereka memilih untuk menyetop produksi.
Jutaan rumah tangga di timur laut negara itu juga tidak mendapat pasokan listrik. Hal tersebut membuat warga kesulitan untuk menghangatkan atau menerangi rumah mereka.
Baca juga: China Dilanda Krisis Energi, Listrik Warga Dijatah dan Pabrik Terpaksa Tutup
Melansir The Guardian, Rabu (29/9/2021), produksi listrik di China sebenarnya meningkat sekitar 10 persen sejak awal tahun ini karena perekonomian mulai bangkit dari pandemi.
Penyebab krisis energi di China yang terjadi saat ini utamanya disebabkan karena raksasa energi China kehabisan stok batu bara.
Untuk diketahui, China adalah negara yang mengonsumsi batu bara dalam jumlah yang sangat banyak.
Baca juga: Positif Covid-19, 3 Kucing Rumahan di China Dibunuh
Pada 2019, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara berkontribusi lebih dari 51,8 persen dari seluruh pembangkit listrik negara.
Dengan demikian, ketergantungan China akan batu bara sangatlah tinggi.
Ketika Beijing kehabisan stok batu bara, masalah lain muncul yakni melambungnya harga batu bara dunia saat ini.
Pada Rabu, harga batu bara termal berjangka di China menyentuh level tertingginya sepanjang masa yakni 212,92 dollar AS per ton atau sekitar Rp 3 juta per ton.
Baca juga: Negara Miskin Utang ke China Rp 5,5 Kuadriliun, Proyek Infrastruktur Jebakan Terselubung?
Sebenarnya, China sudah mengurangi konsumsi batu baranya secara signifikan sejak 2017.
Pada 2017, 80 persen listrik China ditopang oleh PLTU batu bara. Kini, bauran PLTU batu bara sekitar 51,8 persen pada 2019.
China telah getol mengembangkan energi terbarukan di dalam negeri termasuk dari angin dan matahari.
Baca juga: Setelah 3 Tahun Dilarang Tinggalkan China, 2 Warga AS AKhirnya Pulang
Tetapi, karena lebih dari separuh kebutuhan listrik negara masih ditopang oleh batu bara, tenaga listrik di China masih sangat bergantung pada “emas hitam” tersebut.
Di sisi lain, China adalah importir batu bara terbesar di dunia. Sedangkan harga batu bara telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena meningkatnya permintaan global.
Situasi menjadi lebih buruk bagi China karena sebelumnya telah memboikot batu bara Australia karena Canberra terus menyerukan penyelidikan asal-usul Covid-19.
Karena keran impor batu bara terpotong, China semakin bergantung pada batu bara dengan harga yang lebih mahal dari pemasok domestik maupun dari tempat lain.
Baca juga: Meski Ada Perbedaan, Eropa-China Harus Tetap Lanjutkan Pembicaraan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.