Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Dibantu Awak Pesawat Evakuasi, Pengungsi Afghanistan Lahirkan Bayi di Ketinggian 30.000 Kaki

Kompas.com - 29/08/2021, 16:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber The Sun

LONDON, KOMPAS.com - Seorang bayi perempuan lahir di ketinggian 30.000 kaki saat ibunya melarikan diri dari Afghanistan ke Inggris dalam penerbangan evakuasi.

Pengungsi Afghanistan Soman Noori (26 tahun) melahirkan di wilayah udara di atas Kuwait dalam penerbangan Turkish Airlines ke Birmingham.

Baca juga: Warga Australia Mau Jadi Sponsor Pengungsi Afghanistan, Siap Biayai Penempatan

Pesawat itu lepas landas dari Kabul sebelum terbang ke Dubai, tetapi tidak ada dokter di dalam penerbangan itu, sehingga awak kabin harus membantu seluruh proses kelahirannya.

Bayi perempuan itu diberi nama Havva oleh ibu dan ayahnya, Taj Moh Hammat (30 tahun), yang diterjemahkan menjadi Hawa. Bayi yang baru lahir adalah anak ketiga pasangan itu.

Melansir The Sun pada Sabtu (28/8/2021) Pihak maskapai mengonfirmasi bahwa ibu dan bayinya sehat setelah melahirkan.

Penerbangan itu mendarat di Kuwait sebagai untuk keamanan, kemudian melanjutkan rutenya ke Birmingham dan mendarat pada pukul 11.45 pagi waktu setempat.

Foto-foto dan rekaman video menunjukkan kru Turkish Airlines menggendong bayi itu dan menyerahkannya kepada ibunya.

Kelahiran Havva terjadi beberapa hari setelah seorang wanita Afghanistan lainnya melahirkan saat berada dalam penerbangan evakuasi bandara Kabul ke Jerman.

Baca juga: Bayi Afghanistan yang Lahir di Pesawat Evakuasi AS Dinamai Reach, Sesuai Kode Penerbangan

Penerbangan terakhir ke Inggris

Pangkalan Udara Ramstein, di barat daya Jerman, telah menjadi titik transit penting bagi para pengungsi Afghanistan.

Saat ini memiliki kapasitas untuk 5.000 orang, tetapi ini diharapkan akan segera ditingkatkan menjadi 7.500 orang.

Menurut PBB, sekitar 400.000 orang di Afghanistan terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak awal tahun, dengan 30.000 meninggalkan negara itu setiap minggu.

Inggris telah setuju untuk menerima 20.000 pengungsi Afghanistan yang melarikan diri dari Taliban, tetapi hanya 5.000 tahun ini tertampung.

Kementerian Pertahanan mengonfirmasi sore ini bahwa penerbangan terakhir, khusus untuk membawa orang keluar dari negara yang dilanda bencana itu ke Inggris, telah pergi.

Banyak tentara Inggris telah mendarat kembali ke rumah, dengan gambar yang menunjukkan tentara berseragam mengalir dari pesawat militer di RAF Brize Norton hari ini.

Baca juga: FOTO: Tentara AS Gendong Bayi dan Bantu Anak-anak Saat Evakuasi dari Afghanistan

Ironisnya, para ahli mengatakan ada lebih banyak kengerian yang akan datang bagi rakyat Afghanistan.

Beberapa memperkirakan adanya "krisis penyanderaan terbesar yang pernah dilihat Inggris". Pasalnya ada antara 100 dan 150 warga negara Inggris dan hingga 1.100 warga Afghanistan yang memenuhi syarat tertinggal.

Dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah diberitahu bahwa "serangan teror lain mungkin terjadi di Kabul".

Kabar itu disampaikan meski, AS meluncurkan serangan pesawat tak berawak terhadap "perencana" ISIS-K dari pemboman bunuh diri Kamis (26/8/2021).

Ledakan dahsyat itu menewaskan sedikitnya 170 orang, termasuk dua orang Inggris dan anak seorang warga negara Inggris dan 13 prajurit AS.

Baca juga: Video Viral Tentara AS Angkat Bayi Lewati Kawat Berduri Saat Bandara Afghanistan Kacau

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com