Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

White Torture: Siksaan Ruang Putih yang Berefek Brutal pada Mental

Kompas.com - 27/08/2021, 20:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Emadion

 

KOMPAS.com - Manusia selalu berusaha mencari metode baru untuk menyiksa satu sama lain. Ini dilakukan sebagai cara interogasi atau hukuman.

Cara paling efektif biasanya juga yang paling kejam. Tapi untuk metode ini, kekejaman tak menyerang fisik.

Tak perlu juga dengan memakai alat-alat serius. Hanya perlu memakai ruangan berwarna putih, dan siksaan mental pun bisa terjadi.

Bagaimana bisa?

Baca juga: Kepala Penjara Iran Minta Maaf Setelah Video Rekaman CCTV Bocor, Tunjukkan Tindakan Penyiksaan

Dilansir Emadion, hal ini disebut white torture atau penyiksaan putih.

Ini adalah suatu bentuk penyiksaan modern, yang disebut sangat kuat menyiksa psikologis

White torture disebut khusus digunakan di Iran. Tetapi ada pula bukti penggunaannya di Irlandia, Amerika Serikat, Venezuela, dan sebagian Eropa.

Apa siksaan putih itu?

Penyiksaan kulit putih pada dasarnya adalah "perampasan sensorik."

Tahanan dikurung di ruangan kedap suara yang sepenuhnya putih. Warna putih ini digunakan untuk menyentuh semua indra:

Lampu putih dari tabung neon, juga yang diposisikan sedemikian rupa untuk tidak menciptakan bayangan apa pun.

Tahanan pun mengenakan pakaian serba putih.

Baca juga: Disetrum hingga Menjepit Penis, Penyiksaan di Penjara Bawah Tanah Ukraina oleh Rusia

Ruangan yang dipakai kedap suara, atau sebaliknya terletak di tempat terpencil di mana suara tidak dapat terdengar.

Dalam skenario terakhir ini para penjaga berdiri dalam diam dan menggunakan sepatu empuk khusus agar tak menimbulkan kebisingan.

Setiap hari mereka disajikan makanan putih, biasanya nasi tanpa bumbu, untuk menghilangkan indera perasa dan penciuman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com