GAZA, KOMPAS.com - Bentrokan mematikan 11 hari antara Israel-Hamas di Jalur Gaza telah menghancurkan banyak bangunan tempat tinggal maupun infrastruktur lainnya, sementara terdapat sejumlah tantangan dalam rekonstruksi Gaza.
Sejumlah negara berjanji untuk memberikan bantuan, yang salah satunya adalah Amerika Serikat (AS).
Dalam konferensi pers bersama Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas pada Selasa (25/5/2021) di Ramallah, Menteri Luar Negeri AS berjanji gelontorkan dana bantuan 75 juta dollar AS (sekitar Rp 1 triliun) untuk membangun Palestina.
Baca juga: Buka Lagi Konsulat Yerusalem, Menlu AS Janjikan Bantuan untuk Gaza
AS juga menjanjikan 5,5 juta dollar AS (Rp 78,8 miliar) dalam "bantuan bencana segera" untuk Gaza dan sekitar 32 juta dollar AS (Rp 458,3 miliar) disalurkan kepada badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
Namun, warga dan sejumlah pengamat Palestina telah melihat sejumlah tantangan dalam rekonstruksi Gaza, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (25/5/2021), di antaranya:
Baca juga: Menlu AS Minta Pembangunan Gaza Tak Boleh Untungkan Hamas
Pengeboman Israel menewaskan 253 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak. Reruntuhan bangunan mengelilingi kamp-kamp sementara di Gaza, yang telah menjadi medan pertempuran sejak 2007.
Serangan Israel juga menghancurkan 1.800 unit perumahan yang sekarang tidak layak ditinggali.
Sekitar 14.300 unit rumah juga hancur, memaksa puluhan ribu warga Palestina untuk mengungsi ke sekolah-sekolah yang dikelola PBB.
Sekitar 74 bangunan umum juga hancur menurut angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Informasi yang dijalankan oleh Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza.
Sejak pengumuman gencatan senjata, pemilik rumah, pemilik toko, dan bisnis telah menilai kerusakan yang terjadi dan memeriksa apa yang tersisa.
Tamer Baker (27 tahun), berdiri di restorannya yang rusak sebagian saat dia mengingat bagaimana dia berhasil menyelamatkan diri hidup-hidup.
Pada 10 Mei, restorannya berada dalam wilayah sasaran serangan udara Israel, yang menyebabkan setengah bangunannya rusak.
Baker bergegas keluar ketika dia menerima peringatan, beberapa saat sebelum bom itu menyambar bangunan.
"Saya tidak tahu bagaimana saya akan diberi ganti rugi," ujar Baker.
"Saya tidak mampu membangun kembali itu, mengingat tingkat kerusakannya," lanjutnya.