Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesantren dan Masjid di India Diubah Jadi Pusat Perawatan Darurat Pasien Covid-19

Kompas.com - 11/05/2021, 16:59 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

NEW DELHI, KOMPAS.com - Pesantren dan masjid di India dibuka untuk menampung pasien Covid-19, saat rumah sakit sudah kehabisan kamar perawatan, sedangkan jumlah pasien terus membludak.

Mufti Arif Falahi, kepala pesantren di barat kota Baroda, India turun tangan membantu menyelamatkan nyawa para pasien Covid-19, selama beberapa pekan terakhir ketika jumlah kasus melonjak tinggi.

Pesantren Falahi di negara bagian barat Gujarat diubah menjadi pusat perawatan darurat untuk pasien Covid-19. Itu pun tidak bisa menampung semua pasien yang ada.

Baca juga: Dokter India Minta Publik Tak Pakai Kotoran Sapi sebagai Obat Covid-19

"Setiap hari kami harus menolak 50-60 pasien karena kami hanya dapat menampung 142 pasien dengan didukung oksigen," ujar Falahi kepada Al Jazeera melalui telepon.

Pada Senin (10/5/2021), India mencatat 3.754 jumlah kematian, sedikit menurun setelah 2 hari berturut-turut lebih dari 4.000 kematian terjadi. Sementara, kasus harian mencapai lebih dari 360.000, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (10/5/2021). 

India adalah negara terparah kedua yang mengalami dampak Covid-19 dengan 246.116 kematian dan lebih dari 22 juta kasus, 10 juta kasus ditambahkan dalam 4 bulan terakhir.

Namun, para ahli mengatakan jumlah kasus dan korban tewas sebenarnya jauh lebih tinggi dari pada angka resmi.

Baca juga: Pasien Covid-19 India Banyak Terinfeksi Jamur Hitam Mematikan

Kekurangan tempat tidur ICU

Rumah sakit hampir di seluruh India, seperti di ibu kota New Delhi dan pusat keuangan Mumbai, telah kehabisan kamar ICU untuk perawatan.

Para ahli memperkirakan bahwa India membutuhkan 500.000 lebih tempat tidur ICU untuk memenuhi krisis kesehatan yang memuncak karena Covid-19.

Negara berpenduduk 1,3 miliar saat ini hanya memiliki sekitar 95.000 tempat tidur ICU, menurut perkiraan Center For Disease Dynamics, Economics & Policy.

Pesantren juga memiliki fasilitas isolasi 38 tempat tidur yang menyediakan obat dan makanan bagi pasien. Dia mengatakan pusat perawatan darurat ini memasukkan semua orang dari berbagai agama.

Baca juga: WHO Sebut Varian Covid-19 yang Menyebar di India Sangat Mengkhawatirkan

"Kami berusaha untuk membantu orang-orang semaksimal mungkin, tapi kami kesulitan memperoleh oksigen," ujarnya yang mengacu pada kekurangan oksigen yang telah mempengaruhi seluruh negeri.

Puluhan orang meninggal karena kekurangan oksigen di rumah sakit, memaksa Mahkamah Agung turun tangan dan memerintahkan pembentukan satuan tugas ahli untuk melakukan "audit oksigen".

Di pesantren yang berubah menjadi pusat perawatan darurat Covid-19 di Baroda, Dr Jaykar Chtrabuji adalah 1 dari 9 dokter yang menjadi sukarelawan di sana.

“Ini benar-benar situasi yang membuat stres,” kata Chatrabuji kepada Al Jazeera, menambahkan bahwa dia hampir tidak punya waktu untuk tidur karena dia bekerja selama lebih dari 20 jam sehari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com