KIEV, KOMPAS.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan berkunjung ke garis depan negaranya, di tengah ketegangan dengan Rusia.
Dalam beberapa pekan terakhir, pertempuran antara pasukan pemerintah dengan separatis pro-Kremlin meningkat.
Konflik itu memunculkan kekhawatiran akan berkembang lebih luas lagi di Donbass, region yang penduduknya berbahasa "Negeri Beruang Merah".
Baca juga: Konflik dengan Ukraina Makin Panas, Rusia Cek Kesiapan Tempur Tentaranya
Militer Ukraina mengumumkan pada Kamis (8/4/2021), satu lagi prajurit mereka gugur di medan perang.
Total tentara yang tewas sejak 2021 mencapai 25 personel, dibandingkan pada 2020 saat 50 prajurit terbunuh.
Dalam pernyataan resmi kantor kepresidenan, Zelensky akan mengunjungi garis depan di mana gencatan senjata dilanggar.
"Saya ingin bersama pasukan di tengah situasi sulit di Donbass. Yang dibutuhkan Ukraina adalah perdamaian," ujar Zelensky.
Konflik yang dimulai sejak aneksasi Crimea pada 2014 sempat terhenti karena gencatan senjata pada tahun lalu.
Namun sejak awal tahun ini, baku tembak disertai tembakan mortir kembali terjadi, dengan dua kubu saling menyalahkan.
Baca juga: Panas dengan Rusia, Ukraina Minta Keanggotaan NATO Dipercepat
Pekan lalu, Kiev menuding "Negeri Beruang Merah" mengerahkan ribuan tentaranya ke perbatasan utara dan selatan, serta Crimea.
Kelompok separatis disebut mendapatkan dukungan politik dan militer dari Rusia, yang selalu dibantah.
Dilansir AFP, negara Barat beramai-ramai mengelurkan pernyataan berisi peringatan agar Moskwa tidak bertindak lebih jauh.
Moskwa sendiri tidak membantah mereka menggerakkan pasukannya. Namun, mereka bersikeras tidak mengancam siapa pun.
Pekan ini, Zelensky mendesak aliansi pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mempercepat proses Ukraina menjadi anggota.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Bisa Picu Perang Eropa
Dalam pandangan Zelensky, hanya itulah satu-satunya cara Kiev bisa membendung jika Rusia melakukan agresi.