Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Gerakan Opini Digital dan Semangat Perlawanan Myanmar

Kompas.com - 13/03/2021, 06:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Sinta Paramita

KOMPAS.com - TERKENAL dengan sebutan Negara Pagoda Emas, Myanmar menjadi negara yang saat ini sedang mengalami masa sulit.

Penangkapan secara paksa Presiden Myanmar Win Wynt dan Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi oleh militer pada 17 Februari 2021 membuat suasana politik di Myanmar kian hari kian tidak menentu. Ini diperumit dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih dalam proses penanganan.

Media massa pun ramai mengabarkan terjadinya demonstrasi di sudut-sudut kota di Myanmar. Demonstrasi tersebut menyerukan agar militer membebaskan presiden dan tokoh penting lain di Myanmar.

Demonstrasi berubah menjadi kisruh yang mengakibatkan banyak korban kehilangan nyawa. Menurut pedemo, militer dianggap bertindak kejam, kekejaman tersebut dipotret dalam gambar dan video yang diunggah oleh masyarakat Myanmar melalui berbagai media sosial.

Dengan bantuan hashtag atau tagar #savemyanmar, #justiceformyanmar, #saveburma, #prayforMyanmar dan lain-lain. Masyarakat Myanmar berusaha menyerukan keadilan, kedamaian, sekaligus pertolongan bagai negara lain untuk membantu Myanmar.

Upaya yang dilakukan masyarakat tersebut merupakan sebuah gerakan opini digital. Dalam kajian teknologi komunikasi, gerakan opini digital atau Digital Movement of Opinion (DMO) merupakan sebuah teori bercerita tentang media sosial yang menciptakan jaringan virtual antara pengguna media sosial secara spontan dan tidak terorganisir.

Secara spontan biasanya membahas topik tertentu dengan durasi yang tidak terlalu lama dan akan beralih kemasalah yang lain (Eriyanto, 2020). Biasanya bentuk Gerakan Opini Digital seperti memberikan komentar, meme atau ejekan visual, membalas postingan dan lain-lain. Barisione dan Ceron (Eriyanto, 2020) mengidentifikasi empat karakteristik gerakan opini digital, yaitu:

  1. Bersifat spontan dan tidak teratur. Pengguna media sosial secara spontan memberikan pendapat atau opini baik positif maupun negatif terhadap suatu isu yang popular atau ramaI diperbincangkan publik.
  2. Dari segi waktu, masa waktu gerakan opini digital relatif tidak lama. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari sifat spontan.
  3. Bersifat homogen, pengguna media sosial secara jelas menentukan sikap mereka. Apakah memberikan dukungan atau kritik terhadap suatu peristiwa.
  4. Lintas sektoral, hal tersebut di karena kan banyak kelompok atau sektor yang terlibat dalam memberikan opini pada suatu topik sehingga menciptakan jaringan virtual (Eriyanto, 2020)

Gerakan opini digital tentu berbeda dengan gerakan sosial yang biasanya terjadi dalam realitas sosial dimana gerakan sosial dilakukan sekelompok orang untuk tujuan solidaritas atau tujuan tertentu. Gerakan opini digital terjadi dalam ruang virtual, misalnya dalam petisi online atau hashtag.

Hashtag atau tagar yang disimbolkan dengan tanda pagar (#) merupakan teknologi jejaring yang popular digunakan pada media sosial saat ini. Pengguna media sosial biasanya menggunakan hashtag untuk memberikan dukungan atau opini pada suatu isu. Teknologi hastang mengelompokkan opini pengguna internet tersebut dalam sebuah kata kunci.

Kepopuleran hashtag berawal dari twit Chris Messina dengan akun @factoryjoe pada 23 Agustus 2007. Twitnya tersebut berbunyi tentang "How do you feel about using # (pound) for group. As in #barcamp?" (Iskandar, 2014). Dengan mengafiliasinya opini dalam sebuah hashtag diharapkan dapat memberikan kekuatan besar yang dapat memengaruhi sebuah kebijakan atau kepentingan tertentu.

Twitter telah mengembangkan hashtag sebagai inovasi dari media sosial. Saat ini hashtag menjadi tolok ukur opini atau percakapan apa saja yang ramai diperbincangkan dalam media sosial khususnya Twitter. Istilah trending topic menjadi barometer popularitas opini atau percakapan tersebut.

Trending topic merupakan metode pendeteksi topik apa yang sedang banyak dibicarakan (Maria Aiello et al., 2013).

Trending topic Twitter dapat menarik perhatian dari pengguna Twitter lainnya baik ditingkat lokal maupun global. Dengan fitur sederhana tersebut dapat menjadi sarana percakapan tentang peristiwa terkini (Dindar & Dulkadir Yaman, 2018).

Saat ini hashtag juga digunakan banyak media sosial, seperti Instagram dan Youtube. Karakterisktik hashtag menjadi trending topic di Twitter karena topik atau reaksi kritis masyarakat (Winatmoko & Khodra, 2013). Biasanya topik mengarah kepada peristiwa besar yang terjadi baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Salah satu sosok yang menjadi sorotan dalam aksi unjuk rasa ini adalah tewasnya demonstran bernama Kyal Sin. Perempuan berusia 19 tahun ini menjadi simbol semangat masyarakat Myanmar yang tanpa henti menyuarakan opini keadilan, kedamaian, dan pertolongan. Muncullah tagar "Everything Will Be OK" untuk menggelorakan semangat perlawanan seperti dilakukan oleh Kyal Sin.

Gerakan opini digital Myanmar menjadi peranan penting dalam menginformasikan kepada dunia tentang keadaan Myanmar saat ini. Gerakan ini diharapkan masyarakat Myanmar mendapatkan simpati dan bantuan dari negara-negara sekitar untuk membantu perdamaian Myanmar termasuk Indonesia.

Meskipun dalam situasi pandemi Covid-19, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia telah mengupayakan perdamaian Myanmar. Hal tersebut menunjukkan Indonesia tetap berkontribusi dalam menjaga perdamaian dunia.

Sinta Paramita
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com