WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Jumlah kematian di Amerika Serikat (AS) akibat virus corona telah melampaui 400.000 pada Selasa (19/1/2021), pada detik-detik akhir pemerintahan Donald Trump.
Penanganan krisis di era Trump dinilai oleh para pakar kesehatan masyarakat sebagai kegagalan tunggal.
Angka kematian yang dihimpun oleh Universitas Johns Hopkins, hampir sama dengan jumlah orang Amerika yang tewas pada Perang Dunia II.
Baca juga: Kota Tertua di Benua Amerika Terancam Musnah akibat Virus Corona
Angka tersebut hampir sama dengan populasi kota Tulsa di Oklahoma, kota Tampa di Florida atau kota New Orleans di Louisiana. Jumlahnya, sama dengan lautan manusia yang menghadiri konser Woodstock 1969.
Angka itu juga hampir mencapai total gabungan dari mereka yang meninggal karena Stroke, Alzheimer, Diabetes, Flu dan Pneumonia di AS.
Meski ada vaksin yang diharapkan mampu mengalahkan wabah, sebuah proyeksi dari University of Washington melaporkan perkiraan angka kematian pada 1 Mei mendatang sebanyak hampir 567.000 jiwa.
Baca juga: Trump Klaim Angka Kematian Covid-19 AS Dibesar-besarkan, Para Pejabat Kesehatan Angkat Bicara
Kematian yang paling tinggi di dunia itu dinilai sebagai bukti gagalnya Operation Warp Speed pemerintahan Trump.
Tak hanya itu, Trump juga meremehkan penyakit tersebut. Dia mengolok-olok pemakaian masker di tempat umum, mencemooh tindakan kuncian, dan bahkan mempromosikan pengobatan yang tidak terbukti aman.
Trump, selama kepemimpinannya beberapa waktu lalu telah mengucilkan para pakar ilmiah dan sedikit berempati kepada korban Covid-19.
Bahkan, meski sudah terinfeksi Covid-19, Trump masih belum berubah.
Baca juga: Kematian Harian karena Covid-19 di AS Capai Rekor Lebih dari 3.900 Jelang Tutup Tahun 2020
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.