MANILA, KOMPAS.com - Menteri luar negeri China dan Filipina pada Sabtu (16/1/2021) saling berkomitmen untuk bekerjasama memprioritaskan upaya pemulihan pasca pandemi Covid-19.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Maret memberlakukan salah satu lockdown terpanjang dan terketat di dunia untuk menahan virus corona.
Langkah itu membuat pertumbuhan ekonominya anjlok, setelah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia sebelum pandemi.
Baca juga: Waspadai Varian Baru Virus Corona, Filipina Susul 40 Negara Tangguhkan Penerbangan dari Inggris
"Sebagai teman Filipina dan tetangga terdekat Anda, kami akan teguh berdiri bersama rakyat Filipina sampai virus ini terkalahkan," kata Menteri Luar Negeri China, Wang Yi dalam sambutan pembukaannya pada pertemuan dengan Menlu Manila.
Duterte telah mencari hubungan yang lebih hangat dengan Beijing sejak menjabat pada 2016, mengesampingkan perselisihan teritorial dengan imbalan janji bantuan, pinjaman, dan hibah, sebagaimana yang dilansir dari Reuters pada Sabtu (16/1/2021).
Baca juga: Covid-19 di Filipina dan Kelahiran 200.000 Bayi yang Tak Direncanakan
“China memainkan peran yang sangat penting dalam menghidupkan kembali ekonomi kawasan kami,” kata Duterte.
"Mari kita lakukan semua yang kita bisa untuk menghidupkan kembali kegiatan ekonomi antara Filipina dan China," lanjutnya.
Istana presiden dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa China akan mendonasikan 500.000 dosis vaksin Covid-19 ke Filipina, tanpa mengatakan vaksin mana yang akan ditawarkan.
Dengan hampir mencatat 499.000 kasus virus corona dan hampir 9.900 kematian, Filipina memiliki infeksi dan korban Covid-19 tertinggi kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia.
Namun, Manila telah tertinggal dari negara-negara lain di kawasan dalam mengamankan vaksin virus corona.
Duterte mengatakan dia lebih suka mendapatkan vaksin Covid-19 dari China atau Rusia.
Baca juga: Cegah Penyebaran Varian Baru Virus Corona, Filipina Larang Kedatangan Pesawat dari AS
Negara tersebut membeli 25 juta dosis vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh pembuat vaksin China, Sinovac Biotech, dengan 50.000 dosis pertama diharapkan tiba pada Februari.
Pada Sabtu, pejabat dari kedua negara menandatangani kesepakatan untuk hibah 500 juta yuan (Rp 1,085 triliun) dari China untuk mendanai infrastruktur, mata pencaharian, dan proyek lainnya di Filipina.
Mereka juga menandatangani kontrak komersial untuk skema kereta api senilai 940 juta dollar (Rp 2 triliun), 71 kilometer di utara ibu kota, kata duta besar Beijing untuk Manila dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Demi Babi Panggang, Warga Filipina Abaikan Aturan Kesehatan Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.