Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sorotan Media China soal Penyerbuan Gedung Capitol sebagai "Keruntuhan Internal" Amerika

Kompas.com - 08/01/2021, 15:47 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

BEIJING, KOMPAS.com - Penyerbuan Gedung Capitol oleh para pendukung Presiden Donald Trump mencerminkan kegagalan kepemimpinan, serta perpecahan yang dalam di masyarakat, editorial media pemerintah China pada Jumat (8/1/2021).

Ratusan pendukung Trump mengepung Capitol pada Rabu (6/1/2021) yang digambarkan Ketua DPR Nancy Pelosi sebagai "pemberontakan bersenjata melawan Amerika".

The Global Times, tabloid yang dijalankan People's Daily, surat kabar dari Partai Komunis yang berkuasa, menggambarkan kerusuhan Amerika di Gedung Capitol sebagai tanda "keruntuhan internal" yang tidak dapat dengan mudah dibalikkan.

Baca juga: Pakar: Donald Trump Kunci di Balik Kerusuhan Gedung Capitol

"Massa yang belum pernah terjadi sebelumnya di Capitol, simbol dari sistem AS, adalah hasil dari perpecahan yang parah dari masyarakat AS dan kegagalan negara untuk mengontrol pepecahan tersebut," kata media China tersebut seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Jumat (8/1/2021).

"Seiring berjalannya waktu dan dengan penyalahgunaan sumber daya oleh generasi politisi, sistem politik AS telah terdegradasi," kata surat kabar itu.

Kemudian, menambahkan bahwa politisi seperti itu "pantas mendapatkan kekacauan, kekerasan".

Ia juga mengecam apa yang disebutnya sebagai "standar ganda" di antara politisi AS yang menyatakan dukungan untuk pengunjuk rasa pro-demokrasi, yang memaksa masuk ke Dewan Legislatif wilayah China pada 2019.

"Di Hong Kong, aksi kekerasan digambarkan sebagai 'pemandangan indah', di AS, orang yang terlibat dalam kekacauan ini disebut 'massa'," katanya.

Baca juga: Jadi Sasaran Kerusuhan, Apa Fungsi Gedung Capitol? Ini Penjelasannya

Kesetaraan yang salah

Para pengunjuk rasa Hong Kong, di tengah demonstrasi massa menentang undang-undang ekstradisi yang diusulkan dengan pusat daratan China yang berkembang menjadi seruan untuk hak pilih universal, menerobos barikade polisi dan merusak ruang legislatif.

Media Hong Kong mendorong kembali perbandingan antara kedua peristiwa tersebut, dengan mengatakan pengunjuk rasa Hong Kong berjuang untuk lebih banyak kebebasan di kotak suara.

Sementara, pendukung pro-Trump melakukan "pemberontakan dengan kekerasan" untuk merusak pemilihan umum yang bebas dan adil di negara mereka.

Hong Kong Free Press mengatakan perbandingan antara kekacauan di AS dan protes Hong Kong sama dengan "propaganda sesat".

China sejak itu memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional yang luas di wilayah, di mana lebih dari 50 politisi, aktivis, dan bahkan akademisi pro-demokrasi ditangkap pekan ini.

Baca juga: Obama Marah Sebut Penyerbuan Gedung Capitol Hasil Kebohongan Donald Trump

Sementara itu, surat kabar resmi China Daily mengatakan "nasionalisme sempit" Trump telah merugikan AS.

"Jika pemerintahan Biden dapat menarik pelajaran dari 'hari tergelap' dalam sejarah AS, rasa sakit yang dialami negara itu akhir-akhir ini mungkin akan dipandang sebagai rasa sakit yang terus meningkat," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com