BEIJING, KOMPAS.com - Donald Trump berulang kali membuat China geram selama masa jabatan pertamanya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), tetapi bisa jadi Beijing ingin dia tetap menduduki kursi nomor satu Gedung Putih.
Di bawah panji "America First", Trump menggambarkan China sebagai ancaman terbesar bagi AS dan demokrasi global.
Dia melancarkan perang dagang besar-besaran yang merugikan China miliaran dollar, mengobok-obok perusahaan teknologi China, dan melimpahkan semua kesalahan tentang pandemi virus corona ke Beijing.
Baca juga: Mengenal Electoral College, Kunci Kemenangan di Pilpres AS
Akan tetapi sebagaimana diwartakan AFP pada Selasa (20/10/2020), kemenangan kedua Trump di pilpres AS bisa jadi keuntungan China yang ingin memperkuat statusnya sebagai negara adidaya dunia.
Kepemimpinan China dapat memiliki "kesempatan untuk meningkatkan posisi globalnya sebagai juara globalisasi, multilateralisme, dan kerja sama internasional," kata Zhu Zhiqun profesor politik dan hubungan internasional Universitas Bucknell, AS, kepada AFP.
Trump menarik AS dari kesepakatan komersial Asia-Pasifik, perjanjian iklim, memberlakukan tarif miliaran untuk barang-barang China, dan menarik Amerika dari WHO saat pandemi virus corona.
Di mana Trump menarik AS mundur, di situlah Xi Jinping membawa China melangkah maju.
Baca juga: Masih Ada Peluang Trump Menang Pilpres AS, Begini Skemanya...
Xi mencitrakan negaranya sebagai raksasa perdagangan bebas dan memimpin perlawanan terhadap perubahan iklim, juga berjanji membagikan vaksin Covid-19 ke negara-negara berkembang.
"Masa jabatan kedua Trump bisa memberi China lebih banyak waktu untuk bangkit sebagai kekuatan besar di dunia," ujar Zhu.
Senada dengan Zhu, Philippe Le Corre pakar China di Harvard Kennedy School AS sepakat berlanjutnya kebijakan America First dari Trump akan menguntungkan Beijing dalam jangka panjang.
"Anda bisa membuat Amerika jadi eksentrik dan dibenci dunia," tulis Hu Xijin pemimpin redaksi Global Times dalam sebuah twit peringatan yang ditujukan ke Trump.
"Anda membantu mempromosikan persatuan di China," lanjutnya.
Di media sosial China, Trump juga disindir sebagai "Jianguo" yang berarti "membantu membangun China".
Baca juga: Pilpres AS 2020: Beberapa Negara Asia Dambakan Trump Kembali jadi Presiden
Trump memang telah merugikan "Negeri Panda" di sektor ekonomi dan politik, seperti kata analis politik Hua Po yang berbasis di Beijing, "China sangat merugi dalam rencana perdagangan dan teknologinya."