Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Tentara Myanmar Mengaku menjadi Pelaku Pembantaian Rohingya 2017

Kompas.com - 08/09/2020, 22:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Dua tentara Myanmar mengaku membunuh minoritas Muslim Rohingya selama pembantaian 2017, dan saat ini dibawa ke Den Haag, kantor pusat Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Melansir Reuters pada Selasa (8/9/2020), kabar itu dilaporkan oleh New York Times, Canadian Broadcasting Corporation, dan sebuah organisasi nirlaba, Fortify Rights.

Dalam sebuah video yang direkam di Myanmar tahun ini, kedua pria mengaku membunuh puluhan penduduk desa di negara bagian Rakhine utara dan mengubur mereka di kuburan massal.

Baca juga: Facebook Tutup Akun Politisi India yang Sebarkan Ujaran Kebencian terhadap Rohingya

Sementara, New York Times mengatakan tidak dapat secara independen mengkonfirmasi bahwa kedua tentara itu melakukan kejahatan yang mereka akui.

Juru bicara pemerintah dan militer Myanmar tidak segera memberikan komentarnya terhadap pengakuan 2 tentaranya.

Namun, beredar kabar lainnya bahwa kedua orang tentara itu telah ditahan oleh kelompok pemberontak, Tentara Arakan, yang sekarang memerangi pasukan pemerintah Myanmar di negara bagian Rakhine.

Baca juga: Penyintas Rohingya Minta Mahkamah Kriminal Internasional Bersidang di Asia, Apa Alasannya?

Laporan-laporan tersebut masih menyimpan banyak tanda tanya, bagaimana tentara-tentara itu jatuh ke tangan Tentara Arakan, mengapa mereka berbicara, atau bagaimana mereka dibawa ke Den Haag dan di bawah otoritas siapa.

Seorang juru bicara Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang berbasis di Den Haag, mengatakan pihaknya tidak menahan para pria tersebut.

Baca juga: Sempat Dikira Tenggelam, 26 Pengungsi Rohingya Ditemukan Sembunyi di Semak-semak

"Tidak. Laporan ini tidak benar. Kami tidak memiliki orang-orang ini dalam tahanan ICC,” kata juru bicara Fadi el Abdallah.

Payam Akhavan, seorang pengacara Kanada yang mewakili Bangladesh dalam pengajuan terhadap Myanmar di ICC, mengatakan kedua pria itu muncul di pos perbatasan meminta perlindungan pemerintah dan telah mengaku melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan warga sipil Rohingya pada 2017.

“Yang bisa saya katakan adalah kedua orang itu tidak lagi di Bangladesh,” katanya.

Juru bicara Tentara Arakan, Khine Thu Kha, mengatakan kedua pria itu adalah pembelot dan tidak ditahan sebagai tawanan perang.

Baca juga: 99 Imigran Rohingya Diselamatkan Indonesia, Uni Eropa Ikut Beri Bantuan

Dia tidak berkomentar lebih lanjut tentang di mana para pria itu sekarang, tetapi mengatakan kelompok itu "berkomitmen untuk keadilan" bagi semua korban militer Myanmar.

Myanmar berulang kali membantah tuduhan genosida, dengan mengatakan operasi militernya pada 2017 menargetkan militan Rohingya yang menyerang pos perbatasan polisi.

ICC sedang menyelidiki kejahatan terhadap kemanusiaan berupa deportasi paksa Rohingya ke Bangladesh, serta penganiayaan dan tindakan tidak manusiawi lainnya.

Sebuah pernyataan dari Kantor Kejaksaan ICC mengatakan, "Kantor tidak secara terbuka mengomentari spekulasi atau laporan mengenai penyelidikan yang sedang berlangsung, juga tidak membahas secara spesifik dari setiap aspek kegiatan investigasi."

Myanmar juga menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, juga di Den Haag, meskipun badan tersebut tidak membawa kasus terhadap individu atau mendengarkan saksi.

Baca juga: Malaysia Berencana Kembalikan Pengungsi Rohingya ke Laut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Bersiap Serangan Darat?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Bersiap Serangan Darat?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com