TEHERAN, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi tiba di Iran pada Senin (25/8/2020).
Kunjungannya tersebut dalam rangka mencari akses untuk menginspeksi fasilitas nuklir di Iran sebagaimana dilaporkan oleh saluran televisi milik pemerintah Iran.
Badan pengawas nuklir dari PBB tersebut dan Iran selama berbulan-bulan telah berselisih sebagaimana dilansir dari Reuters, Senin.
Teheran menyatakan kunjungan Grossi tersebut akan memperkuat hubungan dan membangun kepercayaan antara Iran dan IAEA.
Baca juga: Fasilitas Nuklir Iran Natanz Terbakar, Israel Diduga Pasang Bom
Namun Grossi pada Sabtu (23/8/2020) menyatakan bahwa dia akan mencari jawaban atas berbagai pertanyaan, khususnya masalah akses di Iran.
“Selama IAEA bergerak berdasarkan ketidakberpihakan, independen, dan menjauhkan diri dari tekanan politik negara lain, tidak akan ada masalah antara IAEA dan Teheran,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh.
Khatibzadeh mengatakan Grossi akan bertemu dengan pejabat tinggi Iran selama kunjungannya, termasuk Menteri Luar Negeri Iran dan Kepala Badan Nuklir Iran.
Pada Minggu (24/8/2020), seorang pejabat senior badan nuklir Iran mengatakan bahwa IAEA menginginkan akses dan pemeriksaan untuk dua tempat.
Baca juga: Disorot karena Fasilitas Nuklir Iran Terbakar, Israel Buka Suara
Satu tempat di antaranya ada di dekat Teheran dan lainnya ada di dekat pusat kota Isfahan.
Kunjungan Grossi dilakukan setelah Amerika Serikat (AS) mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan kembali sanksi internasional terhadap Iran.
Proposal AS untuk kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran tidak didukung oleh negara-negara lain seperti Rusia, China, Inggris, Perancis, dan Jerman.
Sanksi terhadap Iran sedianya dicabut secara bertahap mulai pertengahan Oktober berdasarkan kesepakatan nuklir Iran 2015 antara negara tersebut dengan kekuatan dunia.
Baca juga: Iran: AS Tidak Punya Hak Mengembalikan Sanksi terhadap Iran
Otoritas Iran mengatakan kunjungan Grossi tidak terkait dengan langkah AS untuk mengembalikan semua sanksi terhadap Iran.
Pada 2018, Presiden AS Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran.
Tak cukup sampai di situ, Trump menerapkan kembali beberapa sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Teheran lantas membalas aksi AS tersebut dengan mengurangi kepatuhan yang telah disepakati di dalam kesepakatan nuklir.
Baca juga: Tak Peduli Tuntutan AS Menghentikan Program Rudal, Iran Malah Pamerkan Rudal Baru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.