Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

400 Tahanan Taliban Segera Bebas, Perdamaian dengan Afghanistan di Depan Mata

Kompas.com - 10/08/2020, 08:50 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Pemerintah Afghanistan dan Taliban diyakini selangkah lagi melakukan pembicaraan damai, seteleh ribuan tokoh terkemuka Afghanistan menyetujui pembebeasan 400 tahanan Taliban.

Keyakinan itu disampaikan dewan perdamaian di Kabul pada Minggu (9/8/2020) sebagaimana diwartakan kantor berita AFP.

Nasib para tahanan memang menjadi rintangan besar dalam mengadakan perjanjian damai antara kedua pihak yang bertikai. Keduanya telah berkomitmen untuk menyelesaikan pertukaran tahanan sebelum negosiasi dimulai.

Baca juga: Tokoh Terkemuka Afghanistan Sepakat Bebaskan 400 Milisi Taliban, Ada Apa?

Resolusi itu disahkan pada akhir acara tiga hari "Loya Jirga", yakni pertemuan tradisional tetua suku Afghanistan dan pemangku kepentingan lainnya, yang beberapa kali diadakan untuk menyelesaikan persoalan kontroversial.

"Untuk menghilangkan rintangan dalam mengawali pembicaraan damai, menghentikan pertumpahan darah, dan untuk kebaikan publik, jirga menyetujui pembebasan 400 tahanan seperti yang diminta Taliban," ujar anggota jirga Atefa Tayeb.

Menurut daftar tahanan resmi yang dilihat AFP, banyak narapidana dijebloskan ke penjara atas pelanggaran serius termasuk menewaskan sejumlah warga Afghanistan dan orang asing. Lebih dari 150 napi yang dihukum mati.

Jirga juga mendesak pemerintah untuk meyakinkan penduduk, bahwa tahanan yang dibebaskan akan diawasi dan tidak akan diizinkan kembali ke medan perang. Mereka pun meminta milisi asing harus dipulangkan ke negara asalnya.

Jirga pun menuntut "gencatan senjata serius, segera, dan selamanya" di negara itu.

Baca juga: Tak Mau Berdamai, ISIS Mulai Rekrut Milisi Taliban

"Keputusan Loya Jirga telah menghilangkan alasan-alasan dan rintangan terakhir dalam proses menuju perundingan damai. Kami berada di ambang perundingan damai," kata Abdullah Abdullah yang memimpin proses perdamaian pemerintah, dan ditunjuk sebagai kepala Loya Jirga.

Sementara itu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan, dia akan menandatangani keputusan untuk membebaskan para tahanan pada Minggu (9/8/2020).

Salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar (kanan) meninggalkan ruangan setelah menandatangani perjanjian damai dengan Amerika Serikat (AS) di Doha, Qatar, Sabtu (29/2/2020).STRINGER/EPA-EFE Salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar (kanan) meninggalkan ruangan setelah menandatangani perjanjian damai dengan Amerika Serikat (AS) di Doha, Qatar, Sabtu (29/2/2020).
"Taliban sekarang harus menunjukkan mereka tidak takut dengan gencatan senjata nasional," katanya dikutip dari AFP.

Pasukan keamanan pada Minggu menuturkan, mereka telah menangkap 11 anggota ISIS yang berencana menyerang pertemuan Loya Jirga itu.

Baca juga: Bom Bunuh Diri Guncang Malam Idul Adha di Afghanistan, Taliban Disorot

"Menebus Taliban adalah pengkhianatan"

Pemerintah Afghanistan telah membebaskan hampir 5.000 narapidana Taliban, tetapi pihak berwenang menolak pembebasan tahanan terakhir yang diminta kelompok pemberontak itu.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendorong pembebasan para tahanan, tetapi mengakui keputusan itu "tidak populer".

Para tahanan itu termasuk 44 pemberontak yang diperhatikan secara khusus oleh AS dan negara-negara lain, atas peran mereka dalam serangan "tingkat tinggi".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com