Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2020, 20:24 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Jun Wei Yeo, seorang warga Singapura yang menjalani program pendidikan doktoral, sangat senang ketika diundang ke Beijing untuk memberi presentasi di depan sejumlah akademisi China pada 2015.

Untuk tugas akhir program strata tiganya, Yeo meneliti kebijakan luar negeri China. Dia menggali strategi bagaimana negara adidaya baru itu menyebarkan pengaruh di dunia internasional.

Setelah mempresentasikan penelitiannya, Yeo alias Dickson, didekati beberapa orang yang mengaku bekerja di lembaga kajian yang berafiliasi dengan pemerintah China.

Kejadian itu terungkap dalam dokumen persidangan kasus Yeo di pengadilan federal Amerika Serikat.

Orang-orang itu berkata akan membayar Yeo jika dia bersedia membuat laporan untuk China terkait isu politik dan sejumlah informasi lainnya.

Belakangan, kepada Yeo, orang-orang itu merinci yang mereka inginkan: rumor dan informasi dari 'orang dalam'.

Yeo seketika itu menyadari bahwa orang-orang itu adalah agen badan intelijen China. Namun dia tetap menjalin kontak dengan mereka.

Yeo menuturkan itu di bawah sumpah saat bersaksi di persidangan.

Yeo berkata, dia diminta memfokuskan kinerjanya di kawasan Asia Tenggara. Akan tetapi, belakangan dia diminta menggali informasi terkait pemerintah AS.

Itulah proses Yeo menjadi anggota badan telik sandi China. Dalam pekerjaannya, dia mengaku memanfaatkan LinkedIn, sebuah jejaring sosial di kalangan profesional.

Yeo juga membuat perusahaan konsultan palsu dan menyamar sebagai seorang akademisi yang penasaran. Tujuannya, mengelabui targetnya di AS.

Jumat (24/07), sekitar lima tahun setelah awal keterlibatannya dengan China, Yeo mengaku bersalah di hadapan pengadilan federal AS. Laki-laki berusia 39 tahun itu mengaku menjadi agen intelijen ilegal di AS dan berpotensi dihukum 10 tahun penjara.

Pengakuan Yeo merupakan babak baru dalam hubungan diplomatik AS dan China yang terus memanas dalam beberapa waktu terakhir.

Yeo merupakan alumnus Lee Kuan Yew School of Public Policy (LKYSPP). Sejumlah pejabat tinggi berbagai negara Asia pernah menempuh pendidikan di lembaga itu.

Beberapa alumnus kampus itu terkejut dengan pengakuan Yeo. "Dia adalah mahasiswa yang aktif di kelas. Saya selalu menganggapnya sebagai sosok yang sangat cerdas," kata salah satu alumni yang meminta namanya disembunyikan.

Baca juga: Senator AS: Konsulat China di Houston adalah Simpul Mata-mata

Alumnus LKYSPP itu berkata, Yeo kerap berbicara tentang ketimpangan sosial. Yeo juga disebut pernah bercerita tentang keluarganya yang mengalami persoalan finansial.

Sulit menerima fakta bahwa Yeo mengaku bersalah karena menjadi agen intelijen ilegal, kata kawannya itu.

Seorang bekas staf di kampus itu mengutarakan hal berbeda, bahwa Yeo tampaknya "meninggikan tingkat penting dirinya".

Promotor gelar PhD Yeo adalah Huang Jing, seorang profesor terkemuka, pemegang paspor AS keturunan China.

Pada tahun 2017, Huang Jing diusir dari Singapura. Dia dituduh menjadi agen tak terdaftar untuk negara asing.

Huang Jing hingga saat ini terus membantah tuduhan tersebut. Setelah meninggalkan Singapura, dia sempat bekerja di Washington. Kini dia menetap di Beijing.

Menurut dokumen pengadilan yang baru saja dirilis, Yeo berkali-kali bertemu 'atasannya' di berbagai lokasi di China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com