Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantu Warga Korut, Pembelot Siap Kirim Botol Plastik Isi Beras

Kompas.com - 19/06/2020, 09:22 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Reuters

SEOUL, KOMPAS.com - Sekelompok pembelot Korea Utara pada Kamis (18/6/2020) menyiapkan ratusan botol plastik berisi beras dan obat-obatan, yang akan dikirim via laut ke Korut.

Paket ini akan dibiarkan mengambang di laut sampai Korea Utara, meski ditentang oleh otoritas Korsel dan diancam Korut.

Korut menganggap Korsel gagal menghentikan para pembelot, dan pekan ini meledakkan kantor penghubung bersama di perbatasannya.

Aksi ini menyatakan berakhirnya pembicaraan dengan Korsel dan mengancam aksi lanjutan dengan kekuatan militer.

Baca juga: Sebut Korsel Anjing Kampung, Korut Ungkap Alasan Hancurkan Kaesong

Negara komunis itu juga mengecam para pembelot sebagai "anjing mongrel" dan "sampah manusia". Menurut Korut, tindakan para pembelot merupakan penghinaan terhadap martabat pemimpin tertinggi negara itu.

Sementara itu Korsel berniat memperbaiki hubungan dengan Korut, dan pekan lalu pemerintah mengumumkan akan menindak dua kelompok pembelot secara hukum.

Korsel beranggapan, pengiriman bantuan dan propaganda lintas perbatasan akan meningkatkan ketegangan dengan Korut, yang menimbulkan risiko bagi orang-orang Korsel yang tinggal di perbatasan, serta merusak lingkungan.

Meski begitu, satu kelompok tetap bersikeras mengirim ratusan botol berisi beras, obat-obatan, dan masker medis ke Korut dengan melemparnya ke laut dekat perbatasan pada Minggu (21/6/2020).

Keterangan itu disampaikan oleh Park Jung-oh, seorang pembelot Korut yang mengetuai kelompok dengan sebutan Kuensaem itu.

Baca juga: Kantor Penghubung Korut dan Korsel di Kaesong, Simbol Politik yang Kini Rata dengan Tanah

"Kami melakukan ini sebagai bantuan kemanusiaan, jadi apa pun yang dikatakan Korea Utara, kami akan terus membantu mereka dalam situasi sulit, yaitu orang tua dan para korban," terangnya dikutip dari Reuters Kamis (18/6/2020).

Ketua kelompok pembelot Korea Utara Kuensaem, Park Jung-oh (kiri), saat diwawancarai media ketika menyiapkan paket bantuan berupa botol plastik isi beras dan masker ke Korea Utara. Foto diambil di Seoul, Korea Selatan, pada 18 Juni 2020.REUTERS/KIM HONG-JI Ketua kelompok pembelot Korea Utara Kuensaem, Park Jung-oh (kiri), saat diwawancarai media ketika menyiapkan paket bantuan berupa botol plastik isi beras dan masker ke Korea Utara. Foto diambil di Seoul, Korea Selatan, pada 18 Juni 2020.
Kelompok ini berkumpul di sebuah taman kecil di Seoul, untuk mengisi lusinan botol bervolume 2 liter dengan 1,5 liter beras. Total beras yang dikirim mencapai 700 kg, kata Park.

Kuensaem telah mengirim barang-barang ke Korut dua kali sebulan selama lima tahun terakhir. Minggu esok akan menjadi pengiriman yang ke-108, lanjut Park.

Diberitakan Reuters, pihak berwenang Korsel sesekali bergerak untuk menghentikan operasi semacam itu, termasuk pada 2018 saat digelar KTT antara Presiden Korsel Moon Jae-in dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.

"Aku tidak tahu kenapa Kementerian Unifikasi menganggap remeh kita semua. Pemerintah (Korsel) - polisi Gangwha, polisi maritim, dan militer - semua kenal kami," kata Park kepada Reuters sambil menurunkan muatan beras dan botol dari truk.

Baca juga: Kenapa Korut Hancurkan Kantor Penghubung di Kaesong? Ini Kata Para Pakar

Dia juga mengatakan belum dihubungi oleh pihak berwenang Korsel sejak mengumumkan akan menindak secara hukum.

Beberapa kelompok yang dipimpin oleh pembelot rutin mengirim brosur lewat perbatasan, bersama dengan makanan, uang kertas 1 dollar AS (Rp 14.000), radio mini, dan flash disk berisi film drama Korea atau berita-berita Korsel.

Kebanyakan paket-paket itu dikirim pakai balon atau botol di sungai.

Akibat kegiatan ini, kedua Korea pernah terlibat adu tembak pada 2014 setelah militer Korut menembaki balon yang diterbangkan oleh para pembelot.

Baca juga: Adik Kim Jong Un, Sosok di Balik Memanasnya Relasi Korsel dan Korut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com