Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensor China Terhadap Berita Covid-19 Pengaruhi Konsekuensi Global

Kompas.com - 08/06/2020, 09:24 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China sejauh ini telah melakukan larangan semua hal yang terkait dengan pandemi Covid-19 yang diunggah di media sosial.

Adanya sensor tersebut menghalangi laju informasi yang mungkin akan menghambat respons global.

Baru-baru ini, Cui Yongyuan, seorang mantan pembawa acara media pemerintah yang punya hampir 20 juta pengikut di media sosial di China, mengalami penangguhan akun media sosial.

Jumlah pengikutnya dua kali jumlah pengikut jurnalis CNN Amerika Serikat, Anderson Cooper di Twitter.

Cui memang salah satu sosok blogger di Weibo yang terkenal. Weibo adalah media lokal China yang setingkat dengan Twitter.

Sejak tahun lalu, unggahannya di Weibo telah dihentikan. Pada Mei ini, dia menemukan kalau akunnya yang bernama Xiaocui telah diblokir.

Baca juga: Ini Dua Syarat China agar Terbuka dalam Penyelidikan Asal Covid-19

Akun Cui di WeChat, media chatting yang besar di China, setingkat WhatsApp pada bulan Mei juga ditangguhkan dengan alasan penipuan.

Pada akun Twitternya, Cui menulis, "Nama saya disensor. Apakah Anda mencoba memaksa saya beralih ke pihak lain?"

Dia menulis itu pada 15 Mei lalu. Pihak lain maksud Cui adalah menggunakan media sosial Barat.

Cui yang mengajar di Universitas Komunikasi China di Beijing juga menulis tentang wabah Covid-19 dan mungkin menjadi korban terbaru dari sensor yang dilakukan pemerintah China dan bergabung dengan jajaran 'migran digital', istilah bagi mereka yang didorong ke platform media sosial asing.

Seorang juru bicara WeChat menolak memberikan pernyataannya akan penutupan akun-akun dan sensor tersebut.

Baca juga: Dokumen Bocor WHO Sebut China Terlambat Beri Informasi Penting Virus Corona

Tiga email yang ditujukan ke Weibo meminta komentar dari pihak media sosial itu dan tidak ada satu pun yang dijawab mau pun mengangkat telepon panggilan.

Cui sendiri tidak menanggapi pesan yang dilayangkan South China Morning Post padanya di Twitter yang menanyakan informasi lebih lanjut.

 

Seorang associate profesor di bidang jurnalisme, Fu King-wa di Universitas Hong Kong mengatakan bahwa sensor pemerintah China tak lagi menjadi masalah lokal, karena wabah virus corona sudah menunjukkan konsekuensi internasional. Memblokir informasi tentang wabah merupakan ancaman.

"Di China, informasi yang dibatasi seperti itu bisa mengalami implikasi global yang besar," ujar Fu yang telah menjalankan proyek Weiboscope untuk melacak sensor di platform Weibo sejak 2011.

"Di negara otoriter seperti China, percakapan publik akan isu kritis memang dibatasi, kantor media dikendalikan oleh negara dan para pembangkang serta jurnalis independen secara rutin dibungkam," ujarnya.

 

Baca juga: Menulis Buku Harian Selama Lockdown Covid-19 di Wuhan, Penulis Ini Tuai Kemarahan China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com