Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Tempat Perlindungan 'Wanita Penghibur' Korea Selatan Ditemukan Tewas

Kompas.com - 07/06/2020, 12:09 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Seorang wanita yang menjalankan sebuah tempat perlindungan untuk korban perbudakan seksual Jepang di masa perang dengan Korea Selatan, ditemukan tewas di rumahnya menurut keterangan seorang polisi pada Minggu (7/6/2020).

Penemuan itu bersamaan dengan investigasi meluas yang dilakukan polisi terhadap skandal korupsi yang melibatkan pemilik tempat perlindungan itu.

Baca juga: Bocah 9 Tahun Diperkosa dan Dijadikan Budak Seks oleh ISIS

Para jaksa tengah menyelidiki tuduhan bahwa kelompok aktivis Dewan Keadilan dan Peringatan Korea telah menyalahgunakan dana untuk para 'wanita penghibur', sebuah ungkapan halus untuk mantan budak seksual era perang Jepang.

Menurut keterangan polisi, wanita 60 tahun itu diyakini telah melakukan aksi bunuh diri. "Dia pulang sendiri dan pintunya terkunci," kata polisi kepada media Perancis AFP tanpa menyebutkan nama wanita itu.

Baca juga: Perempuan Yazidi Ini Hadapi Anggota ISIS yang Jadikan Dia Budak Seks

Polisi juga mengatakan mereka tidak percaya jika ada orang lain yang terlibat dalam kematiannya.

Alasan kematiannya masih belum jelas, namun Kantor Berita Korea Selatan Yonhap melaporkan bahwa wanita itu sebelumnya mengatakan sedang melalui masa sulit setelah jaksa menggerebek tempat penampungan itu.

Nasib wanita penghibur telah menjadi masalah pelik antara Seoul dan Tokyo selama beberapa dekade dan kelompok aktivis itu telah berkampanye untuk meminta kompensasi dari Jepang.

Baca juga: Ini Gambar “Wanita Penghibur” yang Jadi Budak Seks Jepang

Namun bulan lalu, Lee Yong Soo, salah satu korban yang paling terkenal, menuduh kelompok itu dan mantan pemimpinnya mengeksploitasi wanita penghibur untuk mengumpulkan dana pemerintah dan sumbangan publik.

Lee mengatakan sedikit uang telah dihabiskan untuk tujuan mereka, hal itu mendorong jaksa untuk membuka penyelidikan.

Baca juga: Sebut Melania Trump Pernah Jadi Wanita Penghibur, Daily Mail Digugat Rp 2 Triliun

Penyelidikan itu dilakukan atas tuduhan bahwa mantan pemimpin tempat itu, Yoon Mee Hyang, menggelapkan dana untuk membeli apartemen dan membayar uang sekolah putrinya di Amerika Serikat.

Yoon, yang meninggalkan kelompok aktivis itu setelah memenangkan kursi parlemen pada April lalu telah membantah semua tuduhan tetapi meminta maaf atas adanya "kesalahan perbankan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com