Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Ragukan Data Kasus Virus Corona di China

Kompas.com - 02/04/2020, 17:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menyuarakan keraguan atas data virus corona yang dirilis China, setelah seorang politisi menuding Beijing menutupinya.

"Bagaimana kita tahu jika (laporan) itu akurat? Angka mereka kelihatan tidak jelas di satu sisi," ujar dia dalam konferensi pers.

Trump melanjutkan, meski meragukan data virus corona China, dia bersikeras hubungannya dengan Beijing maupun Presiden Xi Jinping tetaplah baik.

Baca juga: Virus Corona, Trump Minta Publik AS Bersiap akan 2 Pekan yang Menyakitkan

Akan tetapi, kontroversi terkait transparansi Negeri "Panda" sudah membuat relasi kedua negara tegang, dikutip oleh AFP Kamis (2/4/2020).

Apa lagi diperparah dengan teori konspirasi yang disembulkan salah satu pejabat China, bahwa militer AS membawa wabah ke Wuhan.

Anggota Kongres AS asal Partai Republik mengungkapkan kekesalan mereka setelah membaca pemberitaan Bloomberg yang mengutip intelijen.

Para politisi tersebut menyatakan Beijing menyesatkan dunia terkait angka infeksi dan kematian virus yang pertama kali menyebar di Wuhan pada Desember 2019 itu.

Bloomberg memberitakan dokumen rahasia intelijen yang dikirimkan ke Gedung Putih pekan lalu, menekankan bahwa laporan itu sengaja tidak dilengkapi.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Trump Akui Pemerintah Federal AS Menahan 10.000 Ventilator

Senator dari Republik, Ben Sasse, menyatakan laporan yang dirilis Beijing terkait virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu adalah "propaganda sampah".

"Klaim bahwa Amerika Serikat mempunyai lebih banyak kasus virus corona dibandingkan China adalah kesalahan," cetus Sasse dalam pernyataan tertulis.

Sementara anggota Komite Luar Negeri DPR AS, Michael McCaul, menuturkan bahwa Negeri "Panda" tak bisa dipercaya dalam memerangi Covid-19.

McCaul berkata, Negeri "Panda" tidak hanya berbohong terkait adanya transmisi antar-manusia, tapi juga membungkam tim medis yang menyuarakan wabah tersebut.

"Kini, nampaknya mereka berusaha menyembunyikan jumlah sebenarnya orang yang sudah terpapar oleh wabah tersebut," kecam McCaul.

Bahkan berdasarkan penuturan dari sejumlah pejabat telik sandi anonim, data yang dipaparkan oleh Negeri "Panda" itu palsu.

Baca juga: Putin Kirim Bantuan Alat Medis ke AS, Trump: Very Nice

Merujuk kepada data Universitas John Hopkins, China mempublikasikan laporan bahwa angka infeksi mencapai 82.394 orang, dengan 3.316 orang meninggal.

Sementara AS melaporkan 216.722 kasus penularan dan 5.137 kematian, menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.

Dalam konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, tidak secara terang-terangan menanggapi Trump.

Dia hanya mengatakan bahwa upaya untuk menyalahkan, memfitnah, dan mendiskreditkan suatu pihak tidak akan menyelesikan situasi.

"Hanya melontarkan kebohongan bakal membuang waktu dan menimbulkan lebih banyak korban," kata Hua seraya menuding politisi yang menyebut China memalsukan data "tak punya malu".

Baca juga: Jilat Ludahnya Sendiri, Trump: Virus Corona Bukan Flu Biasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Global
Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com