NEW DELHI, KOMPAS.com - Hanya beberapa jam sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba di India, Negeri "Bollywood" dilanda kerusuhan yang menewaskan tiga orang.
Kerusuhan terjadi di Delhi dalam aksi protes masyarakat menentang hukum kewarganegaraan baru. Seorang polisi dan dua warga Muslim meninggal akibat peristiwa ini.
Kemudian seperti dilansir dari Aljazeera Selasa (25/2/2020), sebanyak 50 orang luka-luka termasuk 37 petugas kepolisian.
Tak hanya menelan korban, kerusuhan di ibu kota India ini juga diwarnai dengan sejumlah kendaraan yang dibakar.
Dua kubu yang berseteru di peristiwa ini adalah para pendukung dan penentang UU Kewarganegaraan baru atau Citizenship Amendment Act (CAA).
Baca juga: Demo Menentang UU Kewarganegaraan Kontroversial di India, 14 Orang Tewas
Kerusuhan yang terjadi sekarang diduga diinisiasi oleh pemimpin lokal Bharatiya Janata Party (BJP), Kapil Mishra, yang memimpin massa untuk mendukung UU Kewarganegaraan baru.
Sejak tahun lalu puluhan ribu orang di seluruh India menentang kebijakan CAA, yang memberi amnesti untuk imigran non-Muslim dari tiga negara mayoritas Muslim di dekat India.
Perdana Menteri India Narendra Modi berdalih aturan itu dibuat untuk melindungi golongan minoritas yang teraniaya, sedangkan para pengkritik menyebut CAA adalah upaya untuk meminggirkan kaum Muslim di India.
Kerusuhan ini terjadi di wilayah mayoritas Islam di timur laut Delhi, dan berlangsung dari Minggu (23/2/2020) sampai Senin (24/2/2020). Untuk pertama kalinya ada korban dari pihak kepolisian, sejak gelombang protes ini terjadi akhir tahun lalu.
Baca juga: Pria India Ini Sembah Trump sebagai Dewa dan Buatkan Patung Untuknya
Beberapa jam sebelum kerusuhan ini pecah, Presiden AS Donald Trump tiba di India. Ini merupakan kunjungan resmi Trump ke Negeri "Bollywood" tersebut.
Kunjungan Trump di India ditujukan untuk bertemu Narendra Modi. Keduanya direncanakan menghelat pembicaraan resmi di ibu kota India pada Selasa (25/2/2020).
AS dan India memiliki hubungan erat di perdagangan, dengan AS jadi salah satu mitra dagang terpenting India. Di 2018, total nilai perdagangannya mencapai 142,6 miliar dollar AS, atau Rp 1.983 triliun.
Baca juga: Di India, Trump Yakin Bakal Disambut Jutaan Orang
Akan tetapi Negeri "Uncle Sam" memiliki defisit perdagangan barang dan jasa senilai 25,2 miliar dollar, atau Rp 350,4 triliun, antara AS dengan India.
Statistik ini membuat tensi perdangan antara AS dan India memanas. Menurut laporan BBC, Trumpm pernah mengatakan tarif pajak impor di India "tidak masuk akal', dan menyebut India sebagai "raja"-nya tarif.
Kepala negara AS tersebut juga menyampaikan keprihatinannya tentang kebebasan beragama di India.
Seorang pejabat senior AS berkata ke reporter AFP, bahwa isu ini harus segera diselesaikan pemerintah setempat karena sangat penting.
Baca juga: Trump Bersedia Ampuni Pendiri WikiLeaks, asalkan...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.