Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Orang Terbunuh dalam Kerusuhan Jelang Kunjungan Trump ke India

Kompas.com - 25/02/2020, 11:40 WIB
Aditya Jaya Iswara,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber BBC,Aljazeera

NEW DELHI, KOMPAS.com - Hanya beberapa jam sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba di India, Negeri "Bollywood" dilanda kerusuhan yang menewaskan tiga orang.

Kerusuhan terjadi di Delhi dalam aksi protes masyarakat menentang hukum kewarganegaraan baru. Seorang polisi dan dua warga Muslim meninggal akibat peristiwa ini.

Kemudian seperti dilansir dari Aljazeera Selasa (25/2/2020), sebanyak 50 orang luka-luka termasuk 37 petugas kepolisian.

Tak hanya menelan korban, kerusuhan di ibu kota India ini juga diwarnai dengan sejumlah kendaraan yang dibakar.

Dua kubu yang berseteru di peristiwa ini adalah para pendukung dan penentang UU Kewarganegaraan baru atau Citizenship Amendment Act (CAA).

Baca juga: Demo Menentang UU Kewarganegaraan Kontroversial di India, 14 Orang Tewas

Kerusuhan yang terjadi sekarang diduga diinisiasi oleh pemimpin lokal Bharatiya Janata Party (BJP), Kapil Mishra, yang memimpin massa untuk mendukung UU Kewarganegaraan baru.

Sejak tahun lalu puluhan ribu orang di seluruh India menentang kebijakan CAA, yang memberi amnesti untuk imigran non-Muslim dari tiga negara mayoritas Muslim di dekat India.

Perdana Menteri India Narendra Modi berdalih aturan itu dibuat untuk melindungi golongan minoritas yang teraniaya, sedangkan para pengkritik menyebut CAA adalah upaya untuk meminggirkan kaum Muslim di India.

Kerusuhan ini terjadi di wilayah mayoritas Islam di timur laut Delhi, dan berlangsung dari Minggu (23/2/2020) sampai Senin (24/2/2020). Untuk pertama kalinya ada korban dari pihak kepolisian, sejak gelombang protes ini terjadi akhir tahun lalu.

Baca juga: Pria India Ini Sembah Trump sebagai Dewa dan Buatkan Patung Untuknya

Hanya beberapa jam sebelum Trump mendarat

Beberapa jam sebelum kerusuhan ini pecah, Presiden AS Donald Trump tiba di India. Ini merupakan kunjungan resmi Trump ke Negeri "Bollywood" tersebut.

Kunjungan Trump di India ditujukan untuk bertemu Narendra Modi. Keduanya direncanakan menghelat pembicaraan resmi di ibu kota India pada Selasa (25/2/2020).

AS dan India memiliki hubungan erat di perdagangan, dengan AS jadi salah satu mitra dagang terpenting India. Di 2018, total nilai perdagangannya mencapai 142,6 miliar dollar AS, atau Rp 1.983 triliun.

Baca juga: Di India, Trump Yakin Bakal Disambut Jutaan Orang

Akan tetapi Negeri "Uncle Sam" memiliki defisit perdagangan barang dan jasa senilai 25,2 miliar dollar, atau Rp 350,4 triliun, antara AS dengan India.

Statistik ini membuat tensi perdangan antara AS dan India memanas. Menurut laporan BBC, Trumpm pernah mengatakan tarif pajak impor di India "tidak masuk akal', dan menyebut India sebagai "raja"-nya tarif.

Kepala negara AS tersebut juga menyampaikan keprihatinannya tentang kebebasan beragama di India.

Seorang pejabat senior AS berkata ke reporter AFP, bahwa isu ini harus segera diselesaikan pemerintah setempat karena sangat penting.

Baca juga: Trump Bersedia Ampuni Pendiri WikiLeaks, asalkan...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Global
Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com