Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Bersedia Ampuni Pendiri WikiLeaks, asalkan...

Kompas.com - 21/02/2020, 16:51 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber USA Today

LONDON, KOMPAS.com - Pada sidang pendahuluan yang diselenggarakan di London, Rabu (19/02/2020), pengacara Edward Fitzgerald mengatakan bahwa mantan anggota kongres partai Republik, Dana Rohrabacher, mengunjungi Julian Assange di kedutaan Ekuador di London pada Agustus 2017.

Saat itu, Presiden Donald Trump dikabarkan menawarkan kepada Assange melalui Rohrabacher bahwa dia (Trump) akan mengampuni (dan memberikan solusi) pada Assange.

Syaratnya, pria itu mau mengakui bahwa Rusia tidak ada sangkut pautnya dengan DNC alias Democratic Nasional Committee atau pada Pilpres AS 2016 lalu.

Baca juga: INFOGRAFIK: Linimasa Kontroversi Julian Assange...

Kini, berdasarkan keterangan pengacara Jennifer Robinson, Julian Assange berencana untuk mengklaim pada sidang ekstradisi terkait tawaran tersebut. Pihak Gedung Putih, Sekretaris Pers Stephanie Grisham merespon, "Hal itu benar-benar sebuah kesalahan."

Menurut Grisham, Presiden Trump mengenal Rohrabacher hanya sebatas mantan anggota kongres. Dia (Trump) tidak pernah membahas tentang hal tersebut atau perbincangan lain dengan Dana Rohrabacher. 

"Ini berita bohong. Ini mungkin hoaks yang tak akan pernah berhenti dari DNC." Ungkap Grisham.

Di dalam pernyataannya di akun twitter, Rohrabacher mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mendiskusikan tentang Assange dan tidak pernah diperintah Trump atau siapapun yang terkait untuk menemui Assange.

Baca juga: Rusia Dikabarkan Bakal Ikut Campur Pilpres AS, Trump Marah Besar

Kemudian dijelaskan bahwa dia hanya mengatakan kepada pendiri WikiLeaks itu jika dia mampu memberinya informasi dan bukti siapa yang sebenarnya memberikan email DNC padanya.

"Aku baru akan menghubungi presiden Trump dan memintanya agar memaafkan Julian Assange, jika memang dia mau memberitahu." 

Dana Rohbacher mengatakan bahwa saat itu dia tidak menawarkan suatu kesempatan atau pun hadir sebagai utusan dari presiden Trump.

Rohbacher juga menjelaskan lagi bahwa dia memberitahu staf Kepala Gedung Putih, John Kelly bahwa Assange akan menyediakan informasi terkait email DNC yang diterimanya dan meminta ampunan Trump sebagai gantinya.

Hakim Distrik, Vanessa Baraitser mengatakan bahwa bukti yang ada bisa diterima dalam kasus ekstradisi.

Julian Assange kini ditahan di penjara Inggris sembari melawan sidang ekstradisi kepada AS dalam kasus mata-mata. Sidang penuhnya sendiri akan diberlangsungkan dalam pekan depan.

Jaksa AS telah memutuskan Julian Assange (48) warga negara Australia, seorang hacker sekaligus telah melakukan spionase melalui WikiLeaks dan meretas lebih dari ribuan dokumen confidential negara.

Baca juga: Putin dan Assad Tertawa Saat Bahas Trump, Apa yang Mereka Bicarakan?

Jika Assange dinyatakan bersalah di pengadilan, dia akan dikenakan hukuman 175 tahun penjara. Dia (Assange) berpendapat bahwa dirinya tengah menjadi jurnalis dalam perlindungan Amandemen Pertama. 

Assange menghabiskan 7 tahun mendekam dalam kedutaan Ekuador di London setelah bersembunyi di sana sepanjang 2012 untuk menghindari pertanyaan di Swedia terkait tuduhan penyerangan seksual yang tidak ada kaitannya dengan kasusnya.

Assange dikeluarkan dari kedutaan Ekuador pada April 2019 dan ditahan oleh kepolisian Inggris karena membayar jaminan atau melakukan penebusan pada 2012. Pada November silam, Swedia membatalkan investigasi kriminal seks karena waktu berlalu cepat.

Sidang penuh Julian Assange akan dimulai pada senin mendatang dan dibuka dengan sepekan penuh argumen hukum. 

Baca juga: Iran Sebut Trump Tidak Berani Perang, Takut Kalah Pilpres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com