Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filosofi Bubur Suro, Sajian Wajib Perayaan Tahun Baru Islam

Kompas.com - 09/08/2021, 20:02 WIB
Lea Lyliana

Penulis

KOMPAS.com - Ada satu tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk menyambut Tahun Baru Islam. Tradisi tersebut yakni menyantap bubur suro atau bubur suran.

Umumnya, keluarga Jawa menghidangkan bubur suro ini pada malam satu suro atau satu Muharam. 

Dalam penyajiannya, bubur suro dihidangkan dengan berbagai lauk pendamping yang masing-masing memiliki makna berbeda. 

Baca juga: Filosofi Bubur Suro Khas Tahun Baru Islam, Tiap Lauknya Pun Bermakna

Menu bubur suro dan pelengkapnya 

Mengutip buku "Perayaan 1 Suro Pulau Jawa" (2010) oleh Julie Indah Rini, bubur suro jawa terdiri dari bubur putih, kedelai hitam, telur ayam kampung, serundeng kelapa, dan rujak degan.

Sementara, dalam Kompas.com disebutkan menu bubur suro yang berbeda. Penyajiannya yakni dengan lauk berupa opor ayam dan sambal goreng labu siam.

Lalu, di atas bubur ditaburi dengan buah delima dan tujuh jenis kacang.

Baca juga: Resep Bubur Suro Khas Tahun Baru Islam, Disajikan Lengkap dengan Lauk

Macam-macam kacang tersebut ialah kacang tanah, kacang mede, kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tholo, dan kacang bogor.

Terkadang ada pula yang menambahkan irisan timun serta daun kemangi segar. 

Ilustrasi bubur suroDok. Sajian Sedap Ilustrasi bubur suro

Filosofi menu bubur suro

Masing-masing menu pelengkap dalam bubur suro memiliki makna yang berbeda.

Masih dalam buku yang sama, Julie Indah Rini menuliskan bahwa bubur putih sendiri merupakan lambang kesucian jalan hidup.

Baca juga: 8 Makanan Khas Tahun Baru Islam di Indonesia, dari Bubur Suro sampai Apem

Sementara, kedelai hitam yang digoreng menunjukkan watak yang mituhu atau senantiasa setia dan berbuat baik dengan menaati anjuran sesepuh.

Telur ayam kampung yang diiris pun melambangkan suatu hal yang berbeda. Lauk pelengkap ini merupakan simbol dari hidup yang kesinambungan dan bermasyarakat.  

Ilustrasi bubur suroShutterstock/Maharani afifah Ilustrasi bubur suro

Serundeng kelapa sendiri merupakan petunjuk jelas agar kita semua mengikuti filosofi pohon kelapa. Maksudnya adalah pandai beradaptasi dan berguna untuk masyarakat.

Tak lupa ada pula rujak degan yang merupaka simbol bahwa manusia wajib menjalani hidup dengan antusias dan sungguh-sungguh.

Sementara itu, tujuh macam kacang melambangkan jumlah hari dalam seminggu.

Baca juga: Filosofi Bubur Merah Putih Khas Tahun Baru Islam, Representasi Perempuan dan Lelaki

Sebagai tambahan, bubur suro ini juga dihidangkan dengan uba rampe atau pelengkap sesaji. Beberapa bahan yang digunakan yakni daun sirih, bunga, janur kuning, dan sekerajang buah

Masing-masing uba rampe tersebut pun memiliki makna yang berbeda. Walau demikian, semua uba rampe ini mengarah pada makna hidup yang lebih baik.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com