KOMPAS.com - Ada cerita menarik dari sosok dosen Politeknik Negeri Madiun (PNM) yakni Nur Asyik.
Sebelum memilih profesi sebagai dosen, Nur sempat meniti karier profesional sebagai general manager di sebuah perusahaan swasta bergengsi di Jakarta.
Namun dia memilih meninggalkan kariernya di perusahaan tersebut karena hatinya terpanggil untuk memberikan kontribusi pada pendidikan tinggi di Indonesia.
Jauh sebelum memilih karier sebagai seorang dosen, saat kuliah sarjana, Nur sempat punya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) hanya 1,9 saja.
Baca juga: Simak Syarat Batas Usia untuk Daftar UTBK SNBT 2024, Dibuka 21 Maret
Namun seiring berjalannya waktu, Nur justru makin getol mengenyam pendidikan bahkan saat ini, Nur sedang menempuh pendidikan di The University of Nottingham untuk mengejar gelar Ph.D.
Nur menceritakan, dia pernah berjuang mengalami masa-masa berat dalam jalan pendidikannya.
Tepatnya saat menyelesaikan program sarjananya di Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Beberapa kali ia mendapatkan nilai rendah dan bahkan sempat mencapai IPK sebesar 1,9.
"Itu di semester awal kuliah, tapi saya tidak menyerah dan hingga akhirnya berhasil lulus. Sejak itu saya bertekad untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi," terang Nur seperti dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Ditjen Vokasi Kemendikbud Ristek), Rabu (13/3/2024).
Nur mengaku, sudah menemukan minatnya dalam bidang teknik elektro sejak usia muda. Setelah menyelesaikan gelar sarjananya dalam Teknik Elektro Listrik di ITN Malang, Nur merasa terpanggil untuk terus mengasah pengetahuannya dan mengembangkan keterampilannya lebih lanjut.
Baca juga: Simak Syarat Batas Usia untuk Daftar UTBK SNBT 2024, Dibuka 21 Maret
Selain sebagai dosen, sejak tahun 2021 lalu Nur memulai perjalanan akademisnya ke Inggris. Dia bergabung dengan The University of Nottingham untuk mengejar gelar Ph.D.
Keputusan untuk mengejar gelar doktor di Inggris tidak hanya berdasarkan pada reputasi global sistem pendidikan Inggris. Tetapi juga pada kesempatan untuk terlibat dalam lingkungan akademik yang kompetitif dan kolaboratif.
Menurutnya, Inggris, sebagai tempat berdirinya beberapa universitas paling prestisius di dunia menawarkan sumber daya akademik dan fasilitas penelitian yang unggul. Seperti yang ditawarkan oleh pusat riset, seperti PEMC (Power Electronics, Machines Centre).
"Kesempatan ini sebagai peluang untuk melakukan penelitian yang relevan dengan industri dan berkontribusi pada pengembangan teknologi Grid Forming (GFM) converter dalam konteks integrasi Sumber Daya Berbasis Inverter (Inverter-Based Resources - IBR) dalam jaringan listrik," urai dia.
Selama studinya di Inggris, dosen Teknik Listrik di PNM ini tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pengembangan pribadi dan profesional.
Dia terlibat dalam berbagai kegiatan di luar akademis. Termasuk menjadi reviewer untuk jurnal dan konferensi terkemuka serta aktif dalam organisasi masyarakat.