Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Angkat Kisah Keumalahayati, Playground of Samudera Pasai Sekolah Cikal Ajarkan Nilai Perjuangan dan Cinta Budaya

Kompas.com - 07/03/2024, 15:00 WIB
Aningtias Jatmika,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Gerakan tari dan nyanyian terangkai dengan apik dalam pertunjukan Tari Saman yang dipentaskan oleh murid Sekolah Cikal Amri Setu di Ciputra Artpreneur Jakarta, Minggu (3/3/2024).

Tarian itu sukses menutup Playground of Samudera Pasai (POSAI) berjudul “Djada Wa Djadi” dan berdurasi dua jam ini dengan epik dan tak terlupakan.

Penonton pun tak henti bersorak dan bertepuk tangan. Sejumlah orangtua murid yang hadir juga tampak meneteskan air mata sebagai ekspresi rasa bangga terhadap pementasan itu.

Sebanyak 259 murid Sekolah Cikal jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), serta sekolah menengah atas (SMA) telah membuktikan dedikasi, komitmen, dan kerja keras mereka sebagai penampil dan kru produksi di POSAI.

Sebagai informasi, pertunjukan teater musikal POSAI merupakan bagian dari Playground of Cikal yang rutin digelar setiap tahun sejak 2009.

Adapun POSAI menjadi selebrasi pembelajaran murid Sekolah Cikal di tiga kota, yakni Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Di Jakarta sendiri, pertunjukan tersebut dihadirkan oleh Sekolah Cikal Lebak Bulus, Sekolah Cikal Serpong, dan Sekolah Cikal Amri Setu.

Budaya Aceh

Secara garis besar, penyelenggaraan Playground of Cikal terdiri atas tiga pilar, yaitu seni dan budaya (arts and culture), donasi (charity), serta pertunjukkan dan pameran karya hasil belajar anak (learning showcase).

Setiap tahun, acara tersebut selalu mengambil nama daerah di Indonesia sebagai tajuk besarnya. Keputusan ini menyesuaikan dengan program-program pemerintah.

Baca juga: Lewat Playground of Mataram, Sekolah Cikal Ajak Anak Didik Cintai Budaya Bangsa

Pada 2024, Playground of Cikal mengangkat kisah pahlawan asal Aceh, yakni Keumalahayati. Ia merupakan sosok jenderal perempuan legendaris dalam sejarah bangsa Indonesia yang berjuang menghadapi konflik dan penjajahan di Selat Malaka.

Playground of Samudera Pasai (POSAI) berjudul ?Djada Wa Djadi? yang berdurasi selama dua jam melibatkan 259 murid Sekolah Cikal Amri SetuKOMPAS.com/Aningtias Jatmika Playground of Samudera Pasai (POSAI) berjudul ?Djada Wa Djadi? yang berdurasi selama dua jam melibatkan 259 murid Sekolah Cikal Amri Setu

Head of School Cikal, Tari Sandjojo, mengatakan bahwa kisah Keumalahayati dapat menjadi pembelajaran bagi anak-anak untuk memahami perjuangan dan patriotisme yang berdampak positif bagi sesama.

“Perjuangan (Keumalahayati) ini bukan sekadar menang, melainkan apa yang kita dapat dari kemenangan itu. Kita (jadi) punya kebebasan (untuk) mengemukakan pendapat, kita punya identitas, dan kita punya kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia," ujar Tari.

"Intinya adalah bagaimana anak-anak dapat memahami makna membela sesuatu yang lebih besar. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga buat kepentingan yang lebih luas dan rakyat yang lebih banyak,” jelas Tari kepada Kompas.com.

Executive Principal Sekolah Cikal Amri Setu, Izza Dinillah, menambahkan, pemilihan judul pementasan POSAI, yakni “Djada Wa Djadi”, juga berangkat dari peribahasa Aceh “meunan ta pinta meunan jadi”. Peribahasa ini berarti “begitu niat langsung jadi”.

“Niat yang kuat (dan) diikuti usaha yang sungguh-sungguh akan berbuah manis. Pertunjukan ini menjadi manifestasi djada wa djadi murid-murid Cikal yang telah berniat dan berusaha sungguh-sungguh (dalam pentas tersebut),” kata Izza.

Baca juga: SMP Cikal Surabaya Raih Akreditasi A dari BAN, Kepsek Paparkan Dampak Positifnya bagi Guru hingga Sekolah

Kisah tersebut juga memberikan kesempatan bagi murid untuk mengeksplorasi kebudayaan Aceh, baik dari segi nilai budaya maupun masyarakat. 

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com