Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Punya Motivasi Belajar Tinggi Cenderung Gapai IPK yang Baik

Kompas.com - 13/02/2024, 14:20 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) memiliki peran yang signifikan sebagai tolok ukur kinerja akademis mahasiswa pada saat kuliah di perguruan tinggi.

Namun, kompleksitas hubungan antara IPK dan motivasi belajar seringkali menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi, salah satunya oleh Pakar Psikologi Unair, Nido Dipo Wardana.

Menurut Nido, hubungan antara IPK dan motivasi adalah saling memengaruhi. Meskipun ada mahasiswa yang mungkin mendapat dorongan untuk meningkatkan kinerja akademis setelah melihat turunnya IPK mereka.

Baca juga: Tips Pilih Prodi pada SNBP 2024, Calon Mahasiswa Wajib Tahu

Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan motivasi sebenarnya menjadi prediktor dari IPK. Dalam banyak kasus, mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung mencapai IPK yang baik.

Meski demikian hubungan keduanya belum sepenuhnya jelas. Karena, faktor seperti tingkat stres bisa memengaruhi baik motivasi maupun performa akademik.

"Sepanjang pengetahuan saya, hubungan keduanya masih belum benar-benar jelas. Bisa saja, motivasi dan IPK sama-sama dipengaruhi oleh faktor ketiga. Misalnya, tingkat stres tinggi bisa membuat motivasi dan performa akademik mahasiswa turun," kata dia dilansir dari laman Unair, Selasa (13/2/2024).

Dia mengatakan ada perbedaan pandangan di antara individu. Bagi sebagian mahasiswa, IPK menjadi tolok ukur untuk meningkatkan performa akademik mereka pada masa depan.

Di sisi lain, ada juga yang melihat IPK sebagai 'vonis' terhadap kemampuan akademik mereka yang bisa mengakibatkan self-fulfilling prophecy.

Namun, tidak semua mahasiswa terlalu memperhatikan IPK dalam motivasi belajar mereka.

"Terobsesi dengan IPK tinggi menjadikan seseorang sangat sensitif terhadap kegagalan kecil dalam hal akademik. Bisa jadi, takut gagal membuat beberapa individu jadi tidak mau berusaha mengejar prestasi akademik," ujar dia.

Baca juga: PTN Diminta Terima 20 Persen Pelamar pada SNBP 2024

Dia pun menyoroti pentingnya pemahaman tentang relevansi dan urgensi pembelajaran. Sebab, banyak mahasiswa yang kehilangan motivasi karena kurangnya pemahaman akan relevansi materi kuliah dengan kehidupan sehari-hari atau karier masa depan mereka.

Menurut Nido, evaluasi formatif yang diberikan di tengah proses belajar jauh lebih bermanfaat dalam meningkatkan motivasi daripada evaluasi sumatif seperti IPK.

"Sistem penilaian yang justru lebih berguna untuk meningkatkan motivasi adalah evaluasi yang bersifat formatif, yang diberikan di tengah-tengah proses belajar. Misalnya, kuis selama perkuliahan, nilai UTS, feedback terhadap tugas mata kuliah," ungkap dia.

Dia menjelaskan, banyak mahasiswa yang tidak terdorong untuk serius belajar, karena mereka tidak tahu kenapa perlu dan harus belajar tentang materi kuliah.

Baca juga: Unair Buka 9.900 Kuota Mahasiswa Baru 2024, Ini Pesan Rektor

"Jika lembaga pendidikan bisa memperjelas relevansi pembelajaran ini dan membuat mahasiswa bisa melihat hubungan antara materi belajar dengan kehidupan sehari-hari atau karier di masa depan, mungkin mahasiswa bisa lebih bersemangat," pungkas Nido.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com