Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TikTok Shop Dilarang, Pakar UGM: Lindungi UMKM dari Serbuan Impor

Kompas.com - 29/09/2023, 12:58 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) secara resmi melarang social e-commerce, Tiktok Shop menjadi wadah transaksi jual beli di Indonesia.

Tiktok Shop hanya diperbolehkan sebagai sarana promosi atau beriklan saja.

Keputusan tersebut tertuang dalam Permendag No. 31 Tahun 2023 hasil revisi Permendag No. 5o Tahun 2020 mengenai Ketentuan perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem elektronik (PMSE).

Baca juga: Cara Daftar Magister atau S2 UGM 2023 Beserta Jadwalnya

Pengamat UMKM dan Ekonomi Kerakyatan UGM, Dr. Hempri Suyatna menilai kebijakan larangan social e-commerce sebagai sarana perdagangan di Indonesia sebagai kebijakan yang baik.

Sebab, hal tersebut penting untuk memproteksi produk-produk UMKM Indonesia dari serbuan produk impor.

"Artinya, jika produk impor tidak diatur atau dikelola dengan baik dikhawatirkan bisa membanjiri Indonesia. Pada akhirnya hal itu bisa menjadikan produk-produk lokal kita tergusur," kata dia dikutip laman UGM, Jumat (29/9/2023).

Kepala Pusat Kajian Pembangunan Sosial Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL UGM ini menekankan pemerintah seharusnya tidak hanya sekedar mengeluarkan larangan social e-commerce sebagai sarana transaksi jual beli di tanah air.

Namun, pemerintah ke depan diharapkan bisa memperkuat program e-commerce marketplace.

Meski begitu, tidak hanya sekedar dilarang, tapi pemerintah juga perlu memperkuat program e-commerce marketplace.

Pemerintah diharapkan bisa membina marketplace-marketplace yang diinisiasi oleh daerah maupun pihak swasta.

"Pemerintah bisa membina marketplace tersebut dan meningkatkan standar kualitas UMKM agar layak tampil di marketplace," ucap dia.

Baca juga: Kemendikbud Buka 16.102 Posisi CPNS 2023, Ini Kriteria dan Syaratnya

Menurut Hempri, langkah tersebut perlu dilakukan. Di satu sisi harus ada proteksi, tetapi di sisi lain juga mendorong UMKM untuk memiliki kualitas dan daya saing.

Dengan begitu diharapkan marketplace lokal bisa berubah menjadi lebih baik lagi.

"Gerakan bela beli produk dalam negeri menjadi hal yang juga bisa dikembangkan," tegas dia.

Hempri menambahkan, ke depan pemerintah juga perlu menyusun regulasi khusus yang lebih detail mengenai tata kelola berjualan di social e-commerce.

Misalnya, soal perlindungan konsumen, perlindungan UMKM dan lainnya seperti halnya yang terdapat dalam e-commerce.

Baca juga: Kisah Fauzan, Lulusan Sarjana UI dengan IPK Tertinggi 3,99

"Salah satu yang dikhawatirkan dari social e-commerce itu kan rawan penipuan dan rawan peredaran barang-barang illegal. Nah, hal ini yang harus diantisipasi dengan aturan-aturan yang lebih detail," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com