Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersama Majelis Sastra Asia Tenggara, Badan Bahasa Bahas Alih Wahana

Kompas.com - 21/09/2023, 11:33 WIB
Erwin Hutapea

Penulis


KOMPAS.com - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), menyelenggarakan Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) yang bertema “Menduniakan Mastera dan Karya Sastra Mastera”.

Kegiatan yang digelar pada 19-23 September 2023 di Jakarta ini merupakan hasil kerja sama dengan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) yang beranggotakan Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura. Adapun perwakilan Thailand hadir sebagai peninjau.

Fokus topik yang dibahas dalam seminar ini yaitu alih wahana karya sastra di negara-negara anggota Mastera, baik yang telah dilakukan selama ini maupun yang akan dikembangkan pada masa mendatang.

“Kali ini fokusnya pada alih wahana untuk karya-karya sastra yang disepakati, mana saja (karya sastra) yang akan dialihwahanakan dan nanti disebarkan ke sesama negara anggota Mastera,” ujar Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz kepada Kompas.com, Rabu (20/9/2023) di Jakarta.

Ia mengatakan bahwa selama ini Badan Bahasa telah melakukan kerja sama dengan para pegiat sastra melalui pelatihan kepada para sastrawan muda untuk membuat naskah drama yang kemudian ditampilkan bersama.

Selain itu, ada pula penerbitan bersama karya sastra. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengutamakan program-program yang sudah disusun bersama oleh Mastera.

Sebab, Mastera melakukan pertemuan setiap tahun untuk mengukuhkan program apa saja yang akan dilaksanakan.

Menurut Aminudin, mau tidak mau, saat ini alih wahana karya sastra harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, terutama pada era digital. Jika tidak, bisa jadi banyak karya sastra akan dilupakan oleh generasi muda dan lama-kelamaan akan musnah.

“Kalau melihat data yang disampaikan kepada kami, alih wahana adalah sebuah keniscayaan karena kalau tidak dilakukan, pasti akan ketinggalan. Malah mungkin sastra yang sudah diproduksi akan mati,” imbuhnya.

Ia menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Badan Bahasa melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra (Pusbanglin) terus memproduksi dan mengembangkan alih wahana karya sastra, misalnya dalam bentuk video, komik, dan animasi.

Hingga saat ini, ada lebih kurang 32 produk animasi berbasis legenda. Kemudian, animasi itu dikurasi dan sudah ditayangkan di Indonesia TV. Ke depannya, diharapkan video animasi itu bisa juga ditayangkan di berbagai fasilitas umum, seperti di stasiun kereta dan bandara.

“Ini animasi pendek, durasinya sekitar 7 menit, dalam 32 film animasi itu kami bekerja sama dengan SMK, politeknik, dan itu kualitasnya cukup baik sehingga bisa ditayangkan juga di media mereka,” kata Aminudin.

Dalam seminar tersebut, ia pun memaparkan sejumlah strategi yang bisa dilakukan untuk membuanakan Mastera dan karya sastra Mastera. Ada lima poin penting yang disampaikan, yaitu:

  1. Menyepakati usul baru untuk menduniakan Mastera dan karya sastra Mastera dalam “Perkara Berbangkit” oleh Komisi Organisasi.
  2. Mempromosikan berbagai kegiatan Mastera oleh negara anggota.
  3. Menggelar festival karya sastra Mastera di forum internasional, semisal di UNESCO.
  4. Menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga internasional, termasuk dengan Sekretariat ASEAN.
  5. Meningkatkan akses dan distribusi karya sastra Mastera

Sejumlah pembicara dari negara-negara anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) memaparkan makalah dalam Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara pada Rabu (20/9/2023) di Jakarta.KOMPAS.com/ERWIN HUTAPEA Sejumlah pembicara dari negara-negara anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) memaparkan makalah dalam Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara pada Rabu (20/9/2023) di Jakarta.

Dalam seminar tersebut, hadir pula sejumlah pembicara dari Indonesia yang mengemukakan makalah masing-masing, yaitu Manneke Budiman (Departemen Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia), Maman S Mahayana, dan Yulianeta (Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com