Oleh: Sharon Tambotto | Content Writer Growth Center | Powered by Kompas Gramedia
KOMPAS.com - Sering kali kita merasa mencapai hidup yang berkesadaran merupakan suatu hal mustahil terutama di tengah hiruk pikuk dunia modern. Saya tidak punya waktu bermeditasi, bahkan sekadar duduk diam menenangkan diri saya, kata kebanyakan orang.
Namun faktanya berkesadaran tidak hanya mengenai duduk diam dan bermeditasi, ia merupakan sebuah sikap dan pandangan yang senantiasa dilatih agar setiap manusia peka menjalani hidup yang penuh tumbuh kembang.
Tumbuh kembang setiap individu merupakan suatu proses yang menjadikan mereka ada. Tanpa adanya sikap berkesadaran, orang akan sibuk membandingkan diri dengan orang lain (over-socialization) atau berhenti ketika seseorang telah merasa otentik (rigidly authentic).
Artinya hidup berkesadaran melihat pertumbuhan sebagai sesuatu yang dinamis -yang mana setiap individu selalu mempunyai waktu dan kesempatan mereka untuk terus berkembang.
Sejatinya, tumbuh kembang akan selalu berjalan bersama dengan berkesadaran. Sikap ini bisa ditumbuhkan dengan melatihnya secara pribadi diimbangi dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Apapun yang kita lakukan sekarang, sampai mana hidup memproses kita, di manapun kita ditempatkan, ada tiga hal penting perlu kita sadari akan keberadaan kita: kesayaan, logika-etika-estetika, dan peran-peran kita sekarang.
Menyadari ke-"saya"-an
Hal pertama adalah menyadari ke-’saya’-an. Dalam hal ini, Ke-“saya”-an bukanlah saya, karena saya yang tak pernah bisa didefinisikan dengan satu entitas, tak pernah permanen, dan tak pernah terisolasi.
Baca juga: Kompas Gramedia Luncurkan Kogi NFT untuk Generasi Muda dalam Web3
Terlihat kompleks, bukan? Namun hal ini merupakan elemen esensial yang dapat mempengaruhi setiap aspek dalam hidup kita. Refleksi akan ‘kesayaan’ akan membangun kesadaran akan kehadiran yang dapat dirasakan melalui napas, tubuh, perasaan, dan pikiran.
Logika, etika, dan estetika
Selanjutnya adalah penggunaan logika, etika, dan estetika -mereka dapat diibaratkan sebagai senjata maupun perangkat penting yang kita perlukan untuk mengarungi kehidupan. Ketiga hal ini merupakan satu paket yang saling melengkapi, tidak dapat dilakukan secara terpisah dan tak pernah mengungguli satu sama lain.
Logika biasanya berkaitan dengan pandangan benar-salah, etika berbicara mengenai mana hal yang baik dan mana yang buruk, sedangkan estetika merupakan penilaian akan keindahan atau keharmonisan suatu hal.
Dalam hidup itu kombinasi akan ketiganya akan melahirkan pandangan yang padu akan hidup, logika melahirkan ilmu pengetahuan, etika menghasilkan norma, dan estetika memberikan keindahan.
Menyadari peran saat ini