Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Talkshow ITS: Ini Sisi Terang dan Gelap dari Kendaraan Listrik

Kompas.com - 01/11/2022, 11:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Di Indonesia, kendaraan listrik sudah banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini tentu menjadi nilai positif untuk mendukung Net Zero Emission.

Meski demikian, apakah kendaraan listrik sudah sepenuhnya siap untuk menggantikan kendaraan yang masih menggunakan bahan bakar fosil?

Menurut Adhe Anggriawan Putra, MSc., DIC., selaku CEO sekaligus Co-Founder dari Inovast Consulting, electrical vehicle (EV) atau kendaraan listrik merupakan kendaraan yang menggunakan aliran listrik 100 persen dengan menggunakan baterai elektrik yang perlu diisi ulang.

Keunggulan utama atau sisi terang yang diusung oleh konsep kendaraan listrik dibandingkan kendaraan konvensional adalah rendahnya emisi karbon yang diproduksi.

Baca juga: SMK di Gunungkidul Inovasi Sepeda Listrik dan Motor Hybrid

Selain itu juga dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sehingga ramah terhadap lingkungan.

Ada sisi gelap yang jarang diketahui

Namun, terdapat sisi gelap dari kendaraan listrik yang jarang menjadi perhatian. Label “aman terhadap lingkungan” ternyata tidak sepenuhnya benar melekat pada kendaraan listrik.

Ia menyatakan, karbon dioksida yang diemisikan oleh Internal Combustion Engine (ICE) dan EV ini jumlahnya mendekati sama.

"Contohnya seperti penggunaan lithium pada komponen baterai yang dalam proses produksinya masih membutuhkan banyak energi," ujarnya saat menjadi pemateri pada Industrial Chemical Engineering Talkshow (ICHETS) 2022, Minggu (30/10/2022).

Adapun talkshow itu digelar oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Industri (HMTKI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Tak hanya itu saja, ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki target untuk memproduksi kendaraan listrik sebanyak 2.200 unit di tahun 2030.

Adhe menjelaskan bahwa ini merupakan target yang cukup ambisius melihat bahan baku yang memungkinkan harus impor dari luar negeri.

Baca juga: SMKN 3 Mataram Inovasi Dokar Listrik, Daya Angkut Capai 600 Kg

"Dengan kata lain, kita cuma berpindah dari minyak yang diproduksi oleh Amerika ke mineral dan lithium yang di produksi oleh China, tidak ada yang berbeda," ungkapnya seperti dikutip dari laman ITS.

Tentunya, dengan target tersebut, dirinya merasa hal itu belum sepadan dengan hal-hal yang harus dilakukan terkait pemberlakuan kebijakan terhadap EV di Indonesia.

Seperti rendahnya kesiapan untuk membangun stasiun pengisian untuk mobil listrik. Sebab, hal ini dapat dilihat bahwa sejauh ini hanya terdapat 240 unit stasiun yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Jumlah ini termasuk sangat sedikit, sehingga menurunkan minat masyarakat terhadap adanya teknologi EV ini," tuturnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com