Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Naik, Pakar Unair Sebut Konsumen Kena Dampak Besar

Kompas.com - 13/09/2022, 11:07 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan non-subsidi resmi naik pada (3/9/2022) lalu.

Dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM per September 2022, harga Pertalite naik dari yang semula Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.

Sedangkan harga Pertamax juga mengalami kenaikan lagi yang semula Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter untuk wilayah Pulau Jawa.

Kenaikan harga BBM pada bulan September ini membawa dampak besar bagi masyarakat Indonesia.

Baca juga: Kasus Covid-19 Anak Sekolah Meningkat, Prokes PTM 100 Persen Diawasi

Menanggapi kenaikan harga BBM ini, pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Dr Wisnu Wibowo memberikan pendapatnya.

Konsumen terdampak besar

Wisnu menekankan, kenaikan BBM September 2022 ini cukup besar, yakni sekitar 30 persen. Tentunya akan berdampak di berbagai sektor.

Bagi sektor industri, banyak yang menjadikan bahan bakar sebagai input. Sehingga ketika input mengalami kenaikan, harga di pasaran pun demikian.

Selain itu, beberapa pembangkit listrik juga menggunakan tenaga diesel. Akhirnya, konsumen pun akan terdampak.

"Kenaikan BBM dalam jangka pendek pasti akan berdampak, baik bagi sektor rumah tangga maupun industri. Kepada rumah tangga, pasti akan menambah beban biaya hidup," ungkap Wisnu seperti dikutip dari laman Unair, Senin (12/9/2022).

Baca juga: Seleksi Masuk PTN Diubah, Rektor Unair: Peminatan Sejak SMA Perlu Dipertimbangkan

Indonesia hadapi tantangan sustainability fiscal

Dia menilai Indonesia sedang menghadapi tantangan sustainability fiscal sehingga keseimbangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) harus terus dijaga dengan memastikan defisit tidak mencapai 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kalau kemudian (subsidi) tidak dikendalikan, maka akan menggerus alokasi APBN untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran produktif lainnya yang sebenarnya tidak kalah strategis dan pentingnya," urai Wisnu.

Wisnu menerangkan, perbaikan skema penyaluran subsidi harus menjadi prioritas. Menurutnya, kunci dari pemberian subsidi adalah efektif dan tepat sasaran. Pemulihan serta perbaikan sistem yang terintegrasi agar dapat memilah sasaran dengan tepat perlu ditingkatkan.

Dia menambahkan, basis data dapat dibangun dengan optimalisasi aplikasi My Pertamina. Dia tak menampik bahwa setiap perubahan akan memberikan efek kejut terhadap masyarakat.

Bagi Wisnu, pengendalian subsidi dapat dilakukan dengan penyesuaian harga ataupun dengan penurunan kuantitas, tentunya regulasi menjadi kunci.

"Kita lihat di Pertamina, di SPBU, kan belum ada. Siapapun itu boleh untuk mengakses jenis BBM yang bersubsidi. Misalnya solar, premium, pertalite. Sebagian besar komponen subsidi ada di Pertalite yang banyak dikonsumsi masyarakat," imbuh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair ini.

Baca juga: 12 Sekolah Terbaik di Sulawesi 2022, MAN IC Gowa Nomor 1

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com