Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Anak Sekolah Meningkat, Prokes PTM 100 Persen Diawasi

Kompas.com - 12/09/2022, 16:07 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Protokol kesehatan (prokes) dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen saat ini perlu diawasi.

Pengawasan prokes saat pelaksanaan PTM 100 persen ini juga tak terlepas dari data Kementerian Kesehatan per 23 Agustus 2022, dari total 440.071 sekolah yang menyelenggarakan sekolah tatap muka, hanya 6.796 atau 1,54 persen yang melakukan active case finding.

Cakupan vaksinasi pada kelompok umur 6-11 tahun masih di bawah anak kelompok usia 12-17 tahun, di mana cakupannya sudah tinggi, yaitu mencapai 95,71 persen atau sebanyak 25.560.391 dan cakupan vaksinasi dosis kedua mencapai 82,75 persen atau sebanyak 22.098.043.

Selain itu, masih menurut data Kemenkes, hingga 9 September 2022, dari data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19, penambahan kasus positif di Indonesia pada bulan Juli mencapai 118.638 kasus.

Baca juga: LTMPT Tak Lagi Jadi Pelaksana Seleksi Masuk PTN, Apa Gantinya?

Kasus Covid-19 pada anak usia sekolah meningkat

Anak-anak usia sekolah yakni 7-18 tahun memberikan kontribusi penambahan kasus sebanyak 14,48 persen atau sebanyak 17.174 kasus.

Pada Agustus 2022, penambahan kasus positif secara nasional mengalami kenaikan sebesar 27,88 persen menjadi 151.710 kasus.

Penularan Covid-19 pada anak usia sekolah perlu diwaspadai. Sebab, dalam satu bulan ada peningkatan kasus Covid-19 sebesar 12,4 persen kasus pada anak usia sekolah. Meskipun belum ada data pasti, bagaimana penularan ini bisa terjadi.

Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. dr. Retno Asti Werdhani mengatakan, peningkatan kasus positif di usia sekolah ini bisa melalui kontak langsung melalui droplet saat anak-anak saling menyapa.

Selain itu, secara tidak langsung yakni melalui droplet yang menempel di permukaan yang sering disentuh banyak orang, seperti pegangan pintu, pegangan tangga, dan alat tulis bersama.

"Hal ini harus diwaspadai berbagai pihak baik itu sekolah, orangtua dan pemerintah daerah (pemda). Dari sekolah perlu dibuat sistem monitoring, siswa yang punya gejala bisa langsung dilaporkan ke puskesmas," kata dr. Retno Asti dalam Talkshow Pengawasan Protokol Kesehatan di Sekolah yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disiarkan langsung di YouTube BNPB, Senin (12/9/2022). 

Baca juga: Profil Sekolah Kedinasan Poltekim, Jurusan dan Pekerjaan Setelah Lulus

Edukasi tentang Covid-19 harus terus digencarkan

Retno Asti menekankan, edukasi tentang Covid-19 harus terus digencarkan di lingkungan sekolah, khususnya untuk terus menerapkan prokes dan lain sebagainya.

Selain itu, pihak sekolah juga harus mewaspadai karena ada waktu tertentu anak-anak cenderung longgar dalam penerapan prokes, yakni saat istirahat dan waktu berangkat dan pulang sekolah.

Perlu dibentuk satu tim untuk mengingatkan penerapan prokes saat proses jemput pulang sekolah. Di samping itu, anak juga diimbau untuk langsung pulang ke rumah setelah dari sekolah.

Asti menambahkan, sakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) meskipun tidak ada Covid-19 pun sudah paling tinggi di Indonesia penyebab masalah kesehatan di berbagai wilayah.

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus Covid-19 juga mengalami gejala pernapasan, seperti tidak enak badan, demam, sakit tenggorokan, dan bersin-bersin.

Segera lakukan tes Covid-19 jika anak alami gejala

Hal ini perlu diwaspadai karena pada musim pancaroba seperti sekarang, banyak anak juga terserang demam dan batuk pilek.

Menurut Asti, anak-anak yang terkena Covid-19 biasanya mempunyai gejala lebih ringan dan banyak yang tidak mengalami gejala atau OTG.

"Pentingnya bagi orangtua untuk tetap proaktif apabila anak punya gejala ISPA diperiksakan untuk tes Covid-19. Hal ini untuk memastikan itu positif atau tidak," tegas dr Asti.

Baca juga: 12 Sekolah Terbaik di Sulawesi 2022, MAN IC Gowa Nomor 1

Jika terbukti positif, lanjutnya, segera lakukan tracing agar langsung memutus rantai penularan dan mencegah klaster keluarga terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com