Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film KKN Desa Penari Viral, Dosen Ingatkan Dampak Anak Nonton Horor

Kompas.com - 26/05/2022, 18:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Film horor KKN di Desa Penari mampu menyedot lebih dari 7 juta penonton. Angka yang cukup tinggi ini, membuat film ini memiliki daya tarik tersendiri mulai dari kalangan orang tua, remaja hingga anak-anak.

Menonton film horor, bagi sebagian orang dianggap sebagai salah satu cara untuk melepas stres dan ketegangan.

Namun, ada juga yang memilih untuk menghindari menonton film horor dengan berbagai alasan, salah satunya alasan kesehatan dan alasan psikologis.

 

Fety Khosianah Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) memberikan tanggapan terkait banyaknya anak di bawah umur yang menonton film tersebut.

Baca juga: 5 Cara Efektif Hadapi Anak Malas Belajar, Bukan Dimarahi

Menurutnya film horor di bioskop dengan ruangan gelap tersebut memiliki beberapa dampak dan konsekuensi sehingga orang tua harus lebih peka terkait hal ini.

Pertama mengurangi kepekaan. Menonton film horor tampaknya terlihat baik di permukaan karena orang menjadi terbiasa menyaksikan hal-hal yang berdarah-darah dan mengerikan.

Di sisi lain jika seseorang terlalu sering menonton film horor dan adegan-adegan kekerasan dalam kesehariannya justru akan sangat berbahaya terhadap rasa kepekaannya.

Ia mencontohkan satu kasus. Misalnya jika ada tetangga yang berteriak atau menangis histeris, bisa jadi mereka tidak akan cepat tanggap untuk mencari tahu karena menganggap mereka sedang menonton film horor.

“Dampak lain adalah melekat di ingatan. Menonton film horor, tanpa kita sadari membuat otak kita terpolusi. Menurut penelitian bahwa apa pun yang kita lihat dan dengar serta rasakan terekam di alam bawah sadar,”ujar Fety, dilansir dari laman UM Surabaya.

Ia mencontohkan anak-anak kebanyakan setelah menonton film horor baik di bioskop maupun televisi menjadi lebih penakut dari sebelumnya. Seperti tidak berani tidur sendiri, bahkan tidak berani pergi ke toilet.

Baca juga: Kemendikbud: Kiat Mendidik Anak di Era Digital

Hal ini terjadi disebabkan anak-anak masih belum bisa membedakan antara dunia realita dan fiksi.

Ia menjelaskan, ada sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh profesor seni komunikasi di University of Wisconsin, Joanne Cantor, dan rekannya, Dr. Kristen Harrison, seorang professor studi komunimasi di University of Michigan.

Mereka mencatat bahwa anak-anak paling berisiko mengalami ketakutan yang akan bertahan lama. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak menganggap bahwa sosok menyeramkan dalam film horor adalah nyata.

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah membuat omongan anak-anak menjadi aneh atau sedikit ngawur. 

Baca juga: Tim UMM Buat Aplikasi Uang Elektronik Anti-Covid untuk Anak-anak

Meskipun menonton film bisa meningkatkan kemampuan berbicara, terutama pada anak-anak, namun, yang sebaliknya juga bisa terjadi jika anak-anak menonton film horor. Film horor dan kekerasan membuat anak-anak berbicara kasar, kotor dan ngawur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com