Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/05/2022, 15:27 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) memberikan beasiswa belajar dan pendampingan kepada lima sekolah yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia untuk mempersiapkan implementasi kurikulum merdeka.

Ketua Kampus Pemimpin Merdeka, Rizqy Rahman Hani mengatakan, ke depannya akan ada beasiswa lagi untuk sekolah lain.

Baca juga: Kemendikbud Ristek: PTM Terus Jalan di Tengah Ada Kasus Hepatitis Akut

"Ini masih pilot project. Sehingga kami memilih 5 sekolah terlebih dahulu yang mengikuti program. Setelah selesai, lima sekolah ini akan kami ajak focus group discussion agar kami dapat mendengarkan masukan dan memperbaiki programnya. Nantinya akan dibuka untuk untuk lebih banyak lagi sekolah," kata dia dalam keterangannya, Jumat (13/5/2022).

Sekolah yang mendapat beasiswa, yaitu PAUD Pelita Hati Mojosari (Mojokerto), SD Negeri 222 Inpres Pali (Tana Toraja), SMP Negeri 3 Bissappu (Bantaeng), MAN 2 Kota Pekanbaru, dan SMK Negeri 2 Sewon (Yogyakarta).

Adapun kelima sekolah ini akan mengirimkan kepala sekolah dan tiga guru yang akan mengikuti program belajar dan pendampingan ini.

Aktivitas belajar yang akan dilaksanakan berupa simulasi menganalisis karakteristik sekolah, simulasi membuat kerangka desain kurikulum operasional sekolah, simulasi menyusun tujuan pembelajaran, dan simulasi memahami pengembangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Peserta akan mendapatkan sesi mentoring dan coaching melalui Zoom sebanyak empat kali dan mendapat lima modul yang dapat dipelajari secara mandiri.

Rizqy berharap 20 peserta yang mendapatkan beasiswa kali ini dapat menyebarkan hasil belajarnya ke teman pendidik lainnya sehingga dapat siap untuk menerapkan kurikulum merdeka.

Baca juga: PPDB Jakarta 2022: Ini Jadwal Lengkap SMP hingga SMA/SMK

"Saat kurikulum merdeka diluncurkan oleh Mas Menteri (Nadiem Makarim), kami di KPM mendengar dari teman-teman pendidik banyak pertanyaan tentang kurikulum ini. Apa yang harus dilakukan? Ingin bergerak dan berdampak tapi tidak tahu harus bagaimana. Melalui program ini, kami berusaha menjawab keresahan itu," jelas Rizqy.

Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan menegaskan perlunya pendidik melakukan perubahan paradigma.

"Perubahan kurikulum ini tidak semata-mata perubahan secara teknis tapi paradigma. Selama ini kita sudah sering mendengar student center, tapi implementasinya belum kelihatan. Baru di kurikulum merdeka ini prinsip tersebut mendapat tempat," kata Bukik.

Perubahan paradigma, kata Bukik, seharusnya bisa terlihat dari bergesernya cara berpikir dari yang mengacu pada keseragaman dan kepatuhan menjadi keberagaman, diferensiasi, dan cara berpikir kreatif.

Tidak ada lagi pendidik yang membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hanya copy-paste dari buatan pendidik lainnya.

Bukik juga mengingatkan, melakukan perubahan paradigma adalah hal yang sulit. Dalam implementasinya akan banyak sandungan sehingga membuat pendidik ingin kembali ke cara yang lama.

Baca juga: Hardiknas 2022, Mendikbud Ristek: Kita Telah Bangkit dan Tangguh

"Namanya kita punya prinsip pasti ada resiko yang menggoda. Sudah sepakat kita berpihak pada anak. Kalau misal dalam satu waktu ada tugas administrasi dan tugas terkait anak, mana yang kita korbankan? Ya harus administrasi. Tapi nanti kena marah atasan? Itu risiko," tukas Bukik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com