Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Medis Covid-19 Meningkat, Menristek Siapkan Skema Limbah

Kompas.com - 07/02/2021, 15:16 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Pandemi covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Namun, upaya penanganan dan pencegahan Covid-19 terus diupayakan pihak Pemerintah Indonesia demi menekan angka Covid-19 yang terus meningkat.

Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, penanganan Covid-19 tak hanya berkutat pada upaya penyembuhan dan pencegahan.

Saat ini, Indonesia juga berkutat pada masalah lain terkait Covid-19. Masalah ini, berkaitan dengan hadirnya limbah atau sampah Covid-19.

"Sampah limbah ini, contohnya Alat Pelindung Diri (APD), masker, sampai limbah pada pemakaian rapid test misalkan," kata Bambang dalam webinar forum diskusi ilmiah secara virtual melalui kanal Youtube Kemenristek, Jumat (5/2/2021).

Terkait hal itu, Menristek tak ingin penanganan Covid-19 meninggalkan kasus baru mengenai limbah. Karena, adanya limbah ini bakal berdampak serius kepada lingkungan.

Untuk itu, pihaknya juga serius pada pengendalian limbah Covid-19. "Itu mesti turut dipikirkan. Kami akan berfokus kepada limbah akibat adanya Covid-19," lanjut Bambang.

Belum lagi, vaksinasi yang sudah dimulai tahun ini bisa menambah daftar limbah baru Covid-19. Utamanya, limbah jarum suntik.

Limbah jarum vaksinasi menurutnya akan sangat besar jumlahnya. Mengingat vaksinasi dilakukan untuk 180 juta populasi dan dilakukan dalam dosis tertentu sebanyak dua kali. Untuk ini, minimal ada 360 juta jarum yang menjadi limbah.

"Nah ini yang sudah kita upayakan buat sistemnya, sudah ada alatnya dan mudah-mudahan bisa segera dipakai sehingga bisa mencegah limbah yang besar. Metode yang kita akan gunakan mudah-mudahan bisa mengatasi itu dengan cepat," kata dia.

Baca juga: Sariawan Menjadi Gejala Baru Covid-19? Ini Penjelasan Pakar Unpad

Menristek dukung stem cell

Selain urusan limbah, Bambang menyoroti Metode Mesenchymal Stem Cell (MSC) dipercaya dapat memberikan terapi pengobatan kepada penderita Covid-19 dengan kategori berat. Tahap uji klinis pun telah dilakukan.

"Untuk mesenchymal stem cell yang dikembangkan Prof. Ismail dari Universitas Indonesia saat ini statusnya sudah melakukan uji klinis dan diajukan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan izin pemanfaatan," kata Bambang.

Bambang mengatakan, hal ini melengkapi terapi konvalesen untuk penderita Covid-19 kategori ringan dan sedang. "Jika ada yang ringan dan sedang, pasti ada terapi bagi kategori berat," ujarnya.

Menristek menuturkan riset dan pemanfatan sel punca harus terus diperkuat sehingga lama kelamaan selain sudah dijamin keamanannya, yang paling penting juga adalah terjamin efektivitasnya.

"Artinya bisa meningkatkan tingkat kesembuhan dan paling penting menurunkan tingkat kematian. Ini adalah hal penting di dalam 'treatment' (perawatan) bagaimana caranya kesembuhan meningkat dengan mengurangi kematian secara signifikan," tutur Bambang.

Ia mengatakan, ada terapi lain eksosom untuk melengkapi terapi-terapi sebelumnya. Sejauh ini, ia mengatakan telah diperoleh izin persetujuan BPOM untuk memproduksi eksosom yang akan diteliti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com