Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenag: Ponpes Sulit Belajar Online Terkendala Listrik dan Internet

Kompas.com - 24/09/2020, 18:20 WIB
Dian Ihsan,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Agama (Kemenag) mengaku masih banyak pondok pesantren (Ponpes) di tanah air belum memiliki faslitas listrik dan internet.

Padahal kedua fasilitas itu penting dalam proses belajar mengajar, khususnya proses pembelajaran jarak jauh (belajar online) yang merupakan solusi pemerintah selama pandemi Covid-19.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Waryono Abdul Ghafur mengatakan, Indonesia memiliki 29 ribu pondok pesantren yang tersebar luas di banyak daerah.

Tapi sangat disayangkan, dari jumlah itu masih banyak pondok pesantren yang belum merasakan listrik dan internet, sehingga menjadi kendala pembelajaran online di kala pandemi Covid-19.

Baca juga: Kemenag Audit Dana BOP Pondok Pesantren

"Sebanyak 29 ribu pondok pesantren, ada yang merasakan listrik tapi belum ada internet, ada yang sudah punya internet dan listrik, ada juga yang belum memiliki listrik dan internet," kata Waryono, dalam acara webinar "Program Sekolah dan Pesantren Sehat", Kamis (24/9/2020).

Waryono menjelaskan, pondok pesantren yang tidak memiliki akses listrik dan internet, karena keberadaannya di pedesaan yang memiliki infrastruktur cukup terbatas.

Gandeng banyak pihak

Untuk itu, kata Waryono, Kemenag mengajak banyak pihak untuk bekerjasama dalam mengurangi angka ketimpangan di pondok pesantren. Salah satunya, bekerjasama dengan perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk (Tbk) lewat Unilever Indonesia Foundation.

"Atas nama Kemenag, sekali lagi saya menyampaikan terima kasih kepada Unilever Indonesia Foundation, memang nanti akan ada perjanjian kerjasama (PKS) untuk lebih mengarah ke operasionalnya," jelas dia.

Dengan bergandeng banyak pihak, maka keadaan pondok pesantren akan lebih membaik. Pada akhirnya, 4 juta santri bisa merasakan fasilitas listrik dan internet yang lebih layak.

"Angka lebih dari 4 juta santri, umumnya dari SD atau tingkat ibtidaiyah sampai SMA. Tapi kebanyakan mereka mayoritas anak-anak yang ada di pondok pesantren," tegas Waryono.

Dia menambahkan, untuk mengetahui secara jelas pondok pesantren yang mempunyai kekurangan fasilitas, bisa dilihat di daerah pelosok Indonesia.

Baca juga: Kemenag Susun Kompetensi Guru Madrasah Berbasis Teknologi dan Sistem Informasi

"Jangan yang di Jakarta, tapi daerah pelosok yang masih banyak kekurangan. Pesantren mulai dari modern sampai tradisional ada, ada yang bergedung dan juga ada yang beratapkan biasa saja. Umumnya memang di pedesaan," pungkas Waryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com