Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai 29 Maret 2022, Warga Singapura Boleh Tak Pakai Masker di Luar Ruangan

Kompas.com - 27/03/2022, 17:00 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Warga Singapura boleh tidak menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan mulai Selasa, 29 Maret 2022.

Kebijakan tersebut disampaikan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, dalam pidato nasional pada Kamis (24/3/2022) pagi.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Kamis (24/3/2022), Lee mengatakan, kebijakan tersebut diambil setelah mempertimbangkan rendahnya risiko penularan Covid-19 di ruang terbuka.

Meski begitu, warga tetap boleh memakai masker di luar ruangan jika menginginkannya, sedangkan pemakaian masker tetap diwajibkan untuk aktivitas di ruang tertutup atau indoor.

Warga Singapura telah wajib memakai masker selama hampir dua tahun, tepatnya sejak 14 April 2020.

Baca juga: Singapura dan Deretan Negara yang Bebas Masker, Indonesia Kapan?

Relaksasi drastis prokes Covid-19 Singapura

Lee juga mengumumkan bahwa jumlah warga Singapura yang diizinkan bertatap muka dinaikkan dari maksimal lima orang menjadi 10 orang.

Kapasitas karyawan yang diizinkan bekerja di kantor juga naik dari maksimal 50 persen menjadi 75 persen.

Dengan begitu, acara dengan jumlah hadirin lebih dari 1.000 orang dapat meningkatkan kapasitas tampung menjadi maksimal 75 persen.

PM Singapura juga mencabut larangan konsumsi alkohol setelah pukul 22.30 dan kembali mengizinkan live music di bar.

Gugus Tugas Covid-19 Singapura dalam beberapa pekan ke depan juga akan mengumumkan pembukaan kembali diskotik, kelab malam, dan tempat karaoke yang telah ditutup sejak 26 Maret 2020.

Baca juga: Lepas Masker dan Tak Jaga Jarak Saat Endemi? Simak Penjelasan Kemenkes

Lee menegaskan, Singapura siap berdamai dengan Covid-19. Perdana Menteri berusia 70 tahun itu menyebut "Negeri Merlion” telah mencatatkan tonggak pencapaian yang signifikan dalam pertempuran melawan Covid-19 yang ditandai dengan rendahnya angka kematian.

Angka kematian Covid-19 di Singapura saat ini adalah 1.220, sehingga menjadi salah satu yang terendah di dunia.

Pentingnya menjaga roda perekonomian dan membina hubungan antara keluarga, teman, dan sesama, ikut menjadi pertimbangan relaksasi drastis protokol kesehatan (prokes) di Singapura.

Relaksasi itu juga mempertimbangkan angka vaksinasi Singapura yang tertinggi di dunia, yaitu 95 persen untuk dua dosis dan 71 persen untuk vaksin booster Covid-19.

Tercatat tujuh gelombang Covid-19 mengguncang Singapura sejak virus yang pertama kali terdeteksi di China itu berkecamuk pada Januari 2020.

Baca juga: Indonesia Menuju Pasca Pandemi, Kapan Masyarakat akan Bebas Masker?

Gelombang terbaru adalah varian Omicron yang sudah mereda setelah menerjang Singapura sejak pertengahan Januari 2022.

Tingginya vaksinasi membuat mayoritas penderita Omicron yaitu 99 persen tidak bergejala sama sekali (asimtomatik) atau hanya bergejala ringan.

Lee menambahkan, kekebalan warga Singapura terhadap virus corona jauh lebih kuat sekarang dengan vaksinasi dan pulihnya mayoritas besar warga yang terinfeksi.

Kapasitas rumah sakit yang sempat terguncang akibat gelombang varian Delta tahun lalu tetap terjaga dan stabil. Lee kemudian mengucapkan terima kasih kepada tenaga kesehatan (nakes) yang telah bekerja keras.

(Penulis: Kontributor Singapura, Ericssen | Editor: Aditya Jaya Iswara)

Sumber: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com