Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Minta Omicron Tidak Dianggap Remeh: Bukan Penyakit Ringan

Kompas.com - 09/01/2022, 15:51 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memperingatkan tentang bahaya penyebaran Covid-19 varian Omicron. WHO meminta masyarakat untuk tidak menganggap remeh varian mutasi dari virus corona tersebut.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus membenarkan varian Omicron memang tidak menyebabkan gejala yang separah varian Delta. Namun kata dia, hal itu bukan berarti infeksi Covid-19 akibat Omicron dikategorikan sebagai penyakit ringan.

"Meskipun Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, tidak berarti (Omicron) dikategorikan ringan," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa.

"Sama seperti varian sebelumnya, Omicron membuat orang dirawat di rumah sakit dan membunuh manusia," lanjutnya.

Baca juga: WHO Sebut Omicron Bukan Penyakit Ringan

Kendati belum menyebabkan gejala yang parah, namun penularan varian Omicron sangatlah cepat bila dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya. Oleh karenanya, WHO meminta masyarakat tidak lengah terhadap Omicron.

Tedros juga memperingatkan potensi 'tsunami' Covid-19 akibat lonjakan infeksi Covid-19 secara global karena adanya varian Omicron dan Delta.

Bila itu terjadi, sistem perawatan kesehatan akan kewalahan dan bakal menyebabkan kejadian yang lebih buruk lagi.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, pimpinan WHO untuk manajemen klinis Janet Diaz memaparkan, bahwa studi awal menunjukkan risiko rawat inap akibat Omicron lebih rendah dibandingkan dengan varian Delta.

Ilustrasi pasien Covid-19 varian Omicron. Studi awal menunjukkan tingkat rawat inap pasien yang terinfeksi varian Omicron lebih rendah dibandingkan pada mereka yang terinfeksi Covid varian Delta.SHUTTERSTOCK/FunKey Factory Ilustrasi pasien Covid-19 varian Omicron. Studi awal menunjukkan tingkat rawat inap pasien yang terinfeksi varian Omicron lebih rendah dibandingkan pada mereka yang terinfeksi Covid varian Delta.

Sejauh ini, Omicron yang pertama kali diidentifikasi di Afrika selatan itu disebut tidak menyebabkan keparahan penyakit pada kelompok usia muda dan dewasa.

 

Pernyataan terkait penurunan risiko penyakit parah dibarengi dengan data lain, termasuk riset dari Afrika Selatan dan Inggris.

Akan tetapi, laporan yang ada sejauh ini tidak memberikan rincian lengkap tentang studi maupun usia pasien yang dianalisis.

Dampak varian Omicron pada orang tua merupakan salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab, karena sebagian besar kasus yang dipelajari meneliti kelompok usia yang lebih muda.

Baca juga: WHO: Pandemi Covid-19 Bisa Dikalahkan Pada 2022, asalkan…

Lebih lanjut, Tedros kembali menyuarakan kesetaraan global terkait akses dan distribusi vaksinasi Covid-19. Kesetaraan vaksinasi ini disebut bisa menjadi cara agar pandemi Covid-19 lebih cepat berakhir.

"Berdasarkan tingkat peluncuran vaksin saat ini, 109 negara tidak dapat mencapai target WHO untuk 70 persen populasi dunia untuk divaksinasi penuh pada Juli," kata Tedros.

"Vaksin booster di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran orang sama sekali tidak terlindungi (vaksin)," sambungnya.

Faktor penyebab penyebaran varian Omicron

Di sisi lain, Pimpinan teknis Covid-19 WHO, Maria van Kerkhove, memaparkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan meluasnya penyebaran varian Omicron.

Omicron, kata van Kerkhove, bisa ditularkan dengan sangat cepat karena sejumlah alasan. Pertama yakni karena mutasinya membuat virus lebih mudah menempel pada sel manusia.

Ilustrasi varian Omicron. Studi menemukan masa inkubasi varian Omicron hanya 3 hari.SHUTTERSTOCK/Naeblys Ilustrasi varian Omicron. Studi menemukan masa inkubasi varian Omicron hanya 3 hari.

Baca juga: Daftar 5 Negara yang Jadi Pusat Kasus Omicron, Termasuk Singapura

"Kedua, apakah kita memiliki apa yang disebut lolosnya kekebalan (immune escape). Dan ini berarti orang dapat terinfeksi kembali ... walau mereka pernah terinfeksi sebelumnya atau jika mereka telah divaksinasi," katanya dalam komentar yang diedarkan oleh WHO.

"Alasan lainnya adalah kita melihat replikasi Omicron di saluran pernapasan bagian atas - dan itu berbeda dari Delta dan varian lainnya, termasuk strain leluhur yang direplikasi di saluran pernapasan bagian bawah, di paru-paru," imbuhnya dikutip dari AFP.

Di luar itu, faktor lainnya adalah masih banyak orang-orang yang berkumpul serta tidak mematuhi protokol kesehatan, salah satunya menjaga jarak.

Hampir 9,5 juta kasus baru Covid-19 dilaporkan ke WHO pekan lalu, yang merupakan rekor, naik 71 persen pada minggu sebelumnya.

Baca juga: Omicron Meluas, Covid-19 Dunia Capai Lebih 300 Juta Kasus

"Masyarakat umum di luar sana, yang perlu Anda khawatirkan hanyalah (cara) mengurangi paparan virus," kata van Kerkhove.

"Kami ingin orang-orang memahami dan merasa diberdayakan bahwa mereka memiliki kendali atas infeksi,” imbuhnya.

Dia juga menambahkan, menghindari berkembangnya gejala Long Covid yang sedang berlangsung adalah alasan yang cukup untuk mencoba mencegah terinfeksi penyakit itu sejak awal.

(Sumber:Kompas.com/Zintan Prihatini, Aditya Jaya Iswara | Editor: Bestari Kumala Dewi, Aditya Jaya Iswara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com