Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mikroplastik Cemari Sungai di Pulau Jawa: Dari Kresek Sampai Botol

Kompas.com - 04/12/2021, 06:29 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Tiga sungai besar di Pulau Jawa disebut telah tercemar mikroplastik, termasuk biota beserta ikan yang hidup di dalamnya.

Padahal ikan adalah sumber protein hewani penting yang diperlukan manusia.

Kajian Ekologi dan Observasi Lahan Basah (Ecoton) merilis penelitian yang menunjukkan bahwa ikan di tiga sungai besar di Pulau Jawa telah terkontaminasi mikroplastik.

Mikroplastik adalah plastik dengan ukuran mikroskopis atau ukuran yang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, yang ukurannya tidak lebih dari 5 milimeter.

Menurut hasil penelitian para peneliti Ecoton, kontaminasi mikroplastik di 3 sungai besar Pulau Jawa ini menyebabkan ikan-ikan tidak layak untuk dikonsumsi.

Baca juga: Pencemaran Lingkungan, Bahaya Mikroplastik Mulai Cemari Tubuh Manusia

Dalam studi awal pada Januari-Maret 2021, Ecoton melakukan ekspedisi di tiga sungai besar di Pulau Jawa, yakni Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Citarum.

"Lalu dari ekspedisi di tiga sungai terbesar itu, kami identifikasi airnya sudah tercemar mikroplastik," kata peneliti Ecoton, Eka Chlara Budiarti saat dihubungi Kompas.com, Senin (29/11/2021).

Mulai kotak makan, botol air minum sekali pakai, kantong kresek

Para peneliti Ecoton mengambil sampel air dan ikan-ikan yang ada di sungai-sungai itu, untuk selanjutnya diteliti dan dianalisis.

"Ternyata memang temuannya ada kandungan mikroplastik pada sampel ikan yang diambil. Dari temuan ini, kebanyakan jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fragmen, fiber, filamen dan granula," ungkap Chlara.

Chlara menjelaskan bahwa mikroplastik jenis fragmen banyak ditemukan pada pecahan-pecahan atau remahan-remahan plastik keras, seperti dari kotak makan hingga botol air minum sekali pakai.

Baca juga: Ikan Nila Mengandung Mikroplastik, Ikan di Pulau Jawa Tak Layak Dikonsumsi

Sedangkan, jenis mikroplastik fiber, berasal dari limbah cuci baju. Seringkali limbah rumah tangga, misal bekas cuci baju turut membawa fiber yang terkandung dalam pakaian.

Sementara jenis mikroplastik filamen yang juga ditemukan pada tubuh ikan di ketiga sungai besar tersebut, banyak dihasilkan dari plastik-plastik kemasan yang lebih tipis, dari kantong kresek, bungkus plastik dan lain sebagainya.

Granula adalah jenis mikroplastik yang sering terdapat pada produk-produk perawatan tubuh. Penggunaan bahan scrub, yang banyak digunakan untuk membersihkan kulit, adalah bahan yang berasal dari mikroplastik.

Berdasarkan sampel-sampel ikan yang diambil dari sungai-sungai tersebut ditemukan bahwa seluruh sampel ikan positif mengandung mikroplastik.

Dalam rilis data temuan mikroplastik yang disiarkan Ecoton menyebutkan bahwa kelimpahan rata-rata kandungan mikroplastik pada ikan di tiga sungai terbesar di Pulau Jawa menunjukkan hasil berikut.

Sungai Brantas: 42 partikel mikroplastik per ikan
Sungai Bengawan Solo: 20 partikel mikroplastik per ikan
Sungai Citarum: 68 partikel mikroplastik per ikan.

Baca juga: Ikan di 3 Sungai Besar di Pulau Jawa Terkontaminasi Mikroplastik, Studi Jelaskan

Kandungan mikroplastik dalam ikan di laut lebih tinggi

Sementara itu studi yang dilakukan Ecoton terhadap pencemaran mikroplastik pada ikan, juga dilakukan di lautan lepas di wilayah DKI Jakarta. Yakni di Kepulauan Seribu pada akhir Agustus 2021 lalu.

Jika dibandingkan dengan ikan-ikan yang terkontaminasi mikroplastik di sungai-sungai terbesar di Pulau Jawa tersebut, maka kontaminasi mikroplastik pada ikan di lautan jauh lebih tinggi.

Temuan tersebut selaras dengan pemaparan Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum yang menyebutkan bahwa sebanyak 80 persen sampah plastik yang ada di sungai akan bermuara ke lautan.

Direktur Ecoton, Prigi Arisandi memaparkan, dari 11 jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang diidentifikasi dan ditemukan, seluruhnya mengandung mikroplastik.

Pada satu ekor ikan yang diambil sampelnya dari hasil tangkapan nelayan, mengandung sedikitnya 167 partikel mikroplastik.

"Ini karena laut merupakan 'tempat sampah' terakhir dari pencemaran sungai, di mana sungai adalah akses utama adanya sampah plastik di lautan lepas," katanya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com