Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pelita Air Service, Maskapai Pengganti Jika Garuda Ditutup

Kompas.com - 30/10/2021, 09:32 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian BUMN menyatakan secara terbuka bahwa pemerintah saat ini sedang menyiapkan maskapai pengganti jika Garuda Indonesia tak bisa diselamatkan dan harus ditutup.

Pelita Air Service (PAS) dipilih sebagai maskapai pengganti untuk mengisi layanan penerbangan berjadwal menggantikan Garuda Indonesia.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Minggu (24/10/2021), kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang mengkhawatirkan membuat pemerintah berencana menyiapkan maskapai pengganti.

Seperti diketahui, Garuda sedang mengalami masalah keuangan. Garuda terlilit banyak utang. Selain itu, maskapai ini kerap menghadapi gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dari para kreditur yang dapat berujung kepailitan.

Ditambah lagi, pandemi Covid-19 masih membuat bisnis penerbangan serba tidak pasti, sehingga kinerja keuangan Garuda Indonesia diperkirakan sulit bertahan.

Baca juga: Mulai Besok Naik Pesawat Wajib PCR, Ini Tarif PCR di Sejumlah Maskapai

Sementara itu, Pelita Air adalah anak usaha dari PT Pertamina (Persero). Saat ini PAS hanya melayani penerbangan charter.

Sebagai salah satu perusahaan operator pesawat charter terbesar di Indonesia, Pelita Air bahkan memiliki bandara sendiri yang terletak di Tangerang Selatan, yakni Bandara Pondok Cabe.

Dilansir dari laman resmi PAS, Pelita Air Service berdiri pada tahun 1970, saat Indonesia mendapatkan keuntungan besar dari produksi dan penjualan minyak pada era Orde Baru.

Berkat keuntungan besar dari lonjakan produksi dan kenaikan harga minyak dunia, Pertamina mendirikan banyak anak perusahaan, termasuk Pelita Air Service.

Saat itu, Pelita Air Service dibentuk untuk menggantikan divisi udara Pertamina, Pertamina Air Service.

Pembentukan PAS juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan udara ke daerah terpencil, terutama ke kawasan tambang minyak Pertamina yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Baca juga: 5 Maskapai Indonesia yang Lakukan Pengurangan Karyawan akibat Pandemi

Bisnis Pelita Air Service

Selain mengangkut para pejabat dan pegawai Pertamina, Pelita Air Service pun mengembangkan bisnisnya dengan membuka penerbangan charter untuk foto udara, pengamatan tumpahan minyak, kargo, palang merah, pengungsi, pemadam kebakaran, dan transmigrasi.

Bahkan, kini Pelita Air juga melayani penerbangan VVIP, evakuasi medis, survei udara, penyewaan helikopter, serta pengibaran spanduk dari udara.

Pelita Air juga memiliki bisnis perawatan dan pemeliharaan pesawat yang dikelola oleh anak usahanya, PT Indopelita Aircraft Services.

PT Indopelita Aircraft Services mampu melakukan perawatan dan perbaikan pekerjaan di Bandara Pondok Cabe dengan fasilitas hangar, gudang, dan landasan sepanjang 2.000 meter.

Pelita Air juga sempat merambah bisnis penerbangan berjadwal sejak tahun 2000. Akan tetapi, bisnis penerbangan reguler itu ditutup pada tahun 2005 dengan alasan ingin fokus pada penerbangan charter.

Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh, Ini Sejarah Maskapai yang Berdiri 10 November 2003

Pelita Air Service memiliki beberapa armada, termasuk pesawat rotary wing dan fixed wing untuk terbang ke seluruh wilayah Indonesia.

Adapun beberapa armada milik Pelita Air antara lain, ATR 42-500, ATR 72-500, CASA 212-200, AT 802, Bell 412 EP, Bolkow NBO-105, Sikorsky S76 C++, Sikorsky S76-A, Bell 430.

Pelita Air gantikan Garuda

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membenarkan bahwa pihaknya berencana menyiapkan PT Pelita Air Service (PAS) sebagai maskapai berjadwal nasional menggantikan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Pelita Air akan menggantikan Garuda jika proses restrukturisasi dan negosiasi yang sedang dilakukan maskapai tersebut gagal.

Dilansir dari Antara melalui KOMPAS.com, Wakil Menteri BUMN II, Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, Kementerian BUMN tidak mungkin memberikan modal negara sebab utang Garuda terlalu besar.

Baca juga: Maskapai Rusia Buat Kursi Khusus Bagi Penumpang yang Tak Mau Pakai Masker

"Kalau mentok ya kita tutup (Garuda), tidak mungkin kita berikan penyertaan modal negara karena nilai utangnya terlalu besar," ujar Kartiko.

Kementerian BUMN menunjuk tiga konsultan untuk melakukan restrukturisasi dan negosiasi utang Garuda Indonesia dengan seluruh lender, lessor pesawat, dan pemegang sukuk global.

Akan tetapi, negosiasi dengan kreditur dan lessor cukup sulit dan membutuhkan waktu lama, sebab pesawat yang digunakan Garuda Indonesia dimiliki puluhan lessor.

Kartiko menambahkan, meski berstatus sebagai maskapai flag carrier, opsi penutupan Garuda Indonesia tetap terbuka.

Alasannya, saat ini sudah banyak negara tidak memiliki maskapai yang melayani penerbangan internasional.

Baca juga: Maskapai Qantas Berencana Terapkan Syarat Vaksinasi bagi Penumpang Internasional

Selain itu, meskipun Garuda Indonesia bisa diselamatkan, hampir mustahil Garuda Indonesia bisa melayani penerbangan jarak jauh lagi, misalnya ke Eropa.

Oleh karena itu, untuk melayani penerbangan internasional, maskapai domestik akan menggandeng maskapai asing sebagai partner.

(Penulis: Muhammad Idris)

Sumber: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com